Riyadh (ANTARA News) - Jadwal Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan pidato di temu puncak Liga Arab digeser keurutan terakhir, mengingat banyak peserta lain anggota Liga Arab ingin diberi giliran awal ketimbang Indonesia, yang hanya sebagai peninjau. Semula, Wakil Presiden dijadwalkan menjadi pembicara pertama, tapi karena banyak kepala negara dari Liga Arab menginginkan giliran bicara lebih awal, pidatonya tergeser ke akhir acara. Penutupan temu puncak itu juga terlambat. Semula, acara dijadwalkan dibuka pukul 12.00 waktu setempat (16.00 WIB), tapi akhirnya bergesar menjadi pukul 13.30 (17.30 WIB). Dalam rencana pidatonya, Kalla dilaporkan akan mengimbau negara Arab bersatu dalam usaha mereka mencari solusi terhadap berbagai masalah di Timur Tengah. Negara Timur Tengah diajak mau mendengarkan suara dan saran negara Islam bukan Arab agar masalah tersebut dapat diatasi bersama. Indonesia hadir di temu puncak Liga Arab itu hanya sebagai peninjau, termasuk Malaysia, Pakistan dan Turki. Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi mendapat giliran berbicara hari Rabu dan malam harinya kembali ke negaranya, sementara Indonesia diberi kesempatan berbicara pada hari penutupan. Kehadiran Indonesia di temu puncak Liga Arab baru pertama kali dalam sejarah. Selama ini, penyelesaian masalah Timur Tengah, terutama yang menyangkut sengketa Palestina-Israel, selalu memakai cara Arab, yang lebih dikenal dengan "cara Arab" atau Deklarasi Beirut. Sehubungan dengan penyelesaian cara klasik, seperti penyelesaian secara damai sengketa Palestina-Israel, Kalla menyarankan, sudah saatnya negara Arab mau mendengar saran dan pendapat negara Islam bukan Arab dalam mencari penyelesaian masalah Timur Tengah, yang dapat diterima kedua pihak. Kalla melihat penyelesaian masalah Timur Tengah tidak hanya bisa diatasi negara Arab, karena setiap sengketa atau masalah di kawasan tersebut selalu memengaruhi negara Islam bukan Arab. Apalagi, 70 prosen dari sekitar 1,3 miliar penduduk Islam di dunia terdapat di negara Islam bukan Arab, katanya, "Yang aneh lagi, setiap keadaan buruk di kawasan Timur Tengah juga memengaruhi masyarakat muslim di negara bukan Arab dan semua itu karena ada ikatan kental kesamaan antara sesama umat Islam."(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007