Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Bulan Bintang (PBB), Yusron Ihza, menegaskan bahwa Indonesia punya alasan tepat ketika bersikap mendukung sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap Iran, terkait program pengayaan nuklirnya. "Tetapi, RI tetap merupakan sahabat Iran. Namun, dalam diplomasinya, RI tentu harus melakukan penyesuaian sikap terhadap situasi yang tengah bergulir," katanya, di Jakarta, Rabu. Yusron merasa perlu memberikan komentar tersebut menyusul kontroversi yang terus berkembang, setelah delegasi RI di forum PBB bersikap mendukung pemberian sanksi (tambahan) terhadap Iran terkait program pengembangan nuklir tersebut. Saat ini, lebih dari 120 anggota DPR RI menandatangani usul interpelasi untuk menggugat kebijakan pemerintah di Dewan Keamanan (DK) PBB) yang mendukung sanksi terhadap Iran. Beberapa anggota Komisi I DPR RI, seperti Effendy Choirie (Fraksi PKB) malah menganggap, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bisa di-"impeach", karena kebijakannya bertentangan dengan semangat Pembukaan UUD 1945. "Sikap Pemerintah RI ini dapat dianggap sebagai perbuatan tidak patut, serta bertentangan dengan spirit Pembukaan UUD 1945, yakni menentang berbagai penjajahan dalam bentuk apa pun terhadap suatu bangsa," kata Effendy Choirie beralasan. Sementara itu, Yusron Ihza Mahendra mencoba menengahinya dengan mengajukan argumentasi logis, bagaimana suatu negara pada akhirnya menjadikan kepentingan nasional sebagai panglima. "Dalam diplomasi, kepentingan nasional adalah panglima, dan sekaligus jadi kompas penentu arah. Saya rasa RI telah lakukan kompromi yang bagus dalam sikapnya," katanya. Pada satu sisi, lanjutnya, RI mendukung sanksi PBB terhadap Iran, namun di pihak lainnya, Indonesia terus melobi PBB. "Lobi itu dilakukan dengan maksud agar sanksi itu tidak sekeras sebelumnya. Saya yakin Iran mengerti hal ini," ujarnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007