Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua KONI Agum Gumelar menilai ada konspirasi politik dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta, terutama dalam tahap penjaringan calon gubernur. "Konspirasi ini melibatkan satu kekuatan yang berupaya mencegah seseorang calon untuk mendapatkan kendaraan politik," katanya dalam acara seminar Menuju Pilkada Jurdil Jakarta di Gedung IASTH, Kampus FHUI Salemba, Jakarta Pusat, Rabu. Agum juga menduga ada kepentingan-kepentingan kekuasaan yang sangat menonjol pada proses penjaringan calon, terutama pada kasus yang menimpanya. "Saya maju karena permintaan resmi dari Ketua Umum Partai Demokrat, tapi akhirnya kejadiannya seperti ini. Saya khawatir ini awal dari ketidakadilan yang akan terjadi pada proses pilkada yang akan datang," ujarnya. Koaliasi 16 partai politik, di antaranya Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Damai Sejahtera, Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Bintang Reformasi, telah mendeklarasikan dukungan untuk mengusung Fauzi Bowo sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Selain Fauzi Bowo, sampai saat ini ada juga calon gubernur lain, yakni Adang Daradjatun yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Agum mengatakan seharusnya partai politik dalam rekrutmen bisa berorientasi pada aspirasi rakyat, tidak justru bermanufer untuk menjegal calon lain dan menari-nari di atas kekuasaan. "Tapi, mungkin itulah politik dan saya juga tahu, kita harus bersedia menerima konsekuensi jika bermain politik. Saya harus menerima konsekuensi ini," kata pensiunan jenderal berbintang empat itu. Dalam kesempatan tersebut, Agum kembali menceritakan bahwa dia awalnya tidak berminat maju ke Pilkada Gubernur DKI Jakarta meski banyak pihak memintanya. Namun ia akhirnya menyatakan kesediaannya ikut Pilkada setelah Ketua Umum Partai Demokrat, Hadi Utomo, memintanya secara langsung. "Pada Mei 2006 lalu, Ketua Umum Partai Demokrat Hadi Utomo mengundang bertemu saya dan dalam pertemuan itu, ia mengatakan bahwa Partai Demokrat akan mengusung saya sebagai calon Gubernur DKI Jakarta," katanya. Setelah ada permintaan Partai Demokrat itu, Agum mengatakan akan mendiskusikan dan meminta pendapat keluarganya. "Kesimpulannya pihak keluarga menyatakan pengabdian tidak kenal batas waktu, sehingga saya menerima kehormatan itu dan saya menyatakan bersedia maju menjadi calon gubernur. Namun, dalam perjalannya, sampai pada deklarasi Partai Demokrat," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007