Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua Umum KONI Pusat, Agum Gumelar, mengatakan bahwa pada awalnya tidak berminat maju ke Pilkada Gubernur DKI Jakarta, namun dia akhirnya bersedia ikut setelah Ketua Umum Partai Demokrat (PD), Hadi Utomo, pernah memintanya secara langsung. "Pada Mei 2006 lalu, Ketua Umum Partai Demokrat Hadi Utomo meminta bertemu dengan saya di Hotel Borobudur Jakarta. Dalam pertemuan itu, ia mengatakan bahwa Partai Demokrat akan mengusung saya sebagai calon Gubernur DKI Jakarta," kata pensiunan jenderal berbintang empat itu dalam keterangan pers di rumahnya, Jalan Panglima Polim Jakarta, Jumat. Setelah ada permintaan PD itu, Agum mengatakan akan mendiskusikannya dengan keluarga. Sesudah mendapatkan persetujuan, dirinya akhirnya menyatakan bersedia maju menjadi calon gubernur. "Kenapa saya siap maju, karena partai besar yang memintanya, dan disampaikan langsung oleh ketua umumnya," katanya. Kesiapannya semakin mantap ketika berbagai hasil survey menunjukkan keunggulan Agum Gumelar sebagai calon gubernur. Survey SSS, LP3ES, Puskaptis, Lembaga Survey Jakarta, Polling Pusat Kajian FISIP UI, dan Lembaga Studi Jakarta, LSI pimpinan Syaiful Muzani, mengunggulkan Agum Gumelar secara signifikan atas Fauzi Bowo. Hanya survey LSI pimpinan Denny JA yang mengunggulkan Wagub DKI Fauzi Bowo 0,5 persen atas Agum Gumelar. Fauzi Bowo mendapatkan dukungan sebanyak 18,01 persen, sedang Agum Gumelar 17,50 persen. Survey LSI itu pun dilaksanakan pada April 2006, bukan setelah banjir besar melanda Jakarta pada akhir Januari 2007. Agum mengatakan, sejak awal tidak terpikir menjadi gubernur, karena dirinya sudah pernah menduduki berbagai jabatan penting di militer maupun di jabatan publik, seperti mantan Danjen Kopassus, mantan Gubernur Lemhannas, mantan Menhub, mantan Menko Polkam, dan terakhir mantan Ketua Umum KONI Pusat. Ketika ditanya pers mengenai alasan perubahan sikap Partai Demokrat yang awalnya berencana mengusung Agum Gumelar, kemudian mendukung Fauzi Bowo, ia mengatakan bahwa pertanyaan itu sebaiknya disampaikan kepada Partai Demokrat. Namun, ia secara tegas mengatakan, tidak bersedia menjadi calon wakil gubernur, namun akan menerima tawaran dari koalisi parpol lainnya, jika memenuhi persyaratan. Pada Kamis (15/3) siang, koaliasi 16 partai politik, diantaranya Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrat (PD), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Damai Sejahtera (PDS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Bintang Reformasi (PBR) mendeklarasikan dukungan untuk mengusung Fauzi Bowo sebagai calon Gubernur DKI Jakarta. Dengan demikian, praktis calon Gubernur DKI Jakarta hanya dua, yakni Fauzi Bowo dan Adang Daradjatun yang diusung PKS. Meski ada beberapa Parpol lainnya belum memutuskan dukungannya disampaikan kepada siapa, namun sulit memenuhi syarat memiliki 15 persen perwakilan di DPRD atau memperoleh 15 persen suara pemilihan legislatif. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007