Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) mengatakan pelemahan rupiah pada akhir bulan Februari hanya besifat temporer, karena faktor global akibat anjloknya bursa di China dan meningkatnya tekanan inflasi di AS, namun rupiah akan kembali stabil. "Pelemahan di akhir bulan (Februari) terkait dengan faktor global anjloknya pasar modal di China, serta meningkatnya tekanan inflasi AS, sehingga the Fed (bank sentral AS) diperkirakan menunda penurunan suku bunga," kata Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah, di Jakarta, Selasa, menjelaskan hasil Rapat Dewan Gubenur BI. Kejutan fantor eksternal tersebut sedikit mempengaruhi kondisi pasar keuangan domestik, tempat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah mengalami pelemahan. "Namun demikian dengan ketahanan stabilitas makro ekonomi dan kondisi fundamental yang dapat terus terpelihara, maka diperkirakan pelemahan tersebut hanya bersifat sementara," kata Burhanuddin. Burhanuddin mengatakan meski sempat melemah, secara umum nilai tukar rupiah pada bulan Februari tercatat stabil disertai volatilitas yang menurun. Hal itu ditopang oleh lebih baiknya kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), terjaganya faktor risiko dan masih menariknya imbal hasil rupiah. Secara rata-rata nilai tukar sedikit menguat dari Rp9.071 per dolar AS menjadi Rp9,068 disertai penurunan volatilitas dari 0,50 persen menjadi 0,25 persen, meskipun secara "point to point" sedikit melemah 0,46 persen dari Rp9.093 menjadi Rp9.135 per dolar. Sementara itu, Direktur Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI, Budi Mulya, mengemukakan BI akan mengupayakan rupiah tetap stabil karena itu merupakan bagian tugas dari BI, selain menjaga inflasi sesuai dengan target yang ditetapkan. "Rupiah yang stabil dalam volatilitas yang terukur merupakan suatu target yang harus dilakukan oleh BI dalam kerangka mencapai tingkat inflasi yang memang ditargetkan," kata Budi. Budi mengatakan karena BI yakin bahwa pelemahan rupiah adalah temporer, maka nilai rupiah akan stabil. BI akan menjaga rupiah pada tingkat Rp9.100 hingga Rp9.400 per dolar. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007