Surabaya (ANTARA News) - Rektor ITS Prof Ir Joni Hermana MScES PhD menghadiahi beasiswa S2 untuk tim mobil "Sapu Angin" ITS Surabaya yang meraih juara pertama tingkat Asia dalam "Shell Eco Marathon Challenge Asia (SEMA) 2016" di Filipina (6/3).

"Terima kasih atas perjuangan tim Sapu Angin yang bukan hanya telah membela almamater ITS, tapi juga bangsa Indonesia dalam kejuaraan internasional," katanya saat menyambut kedatangan tim itu di halaman rektorat kampus setempat, Selasa.

Apalagi, tim itu juga telah menjuarai enam kali berturut-turut di ajang serupa di negeri orang. "Perjuangan Anda semua untuk tampil saja sudah sesuatu yang luar biasa. Tak hanya sebagai juara tapi juga telah mengalahkan ego yang muncul ketika mendapatkan tekanan-tekanan. Sungguh luar biasa," katanya.

Atas prestasi itu, Joni memberi kesempatan kepada semua anggota tim Sapu Angin untuk melanjutkan studi S2 secara gratis di ITS.

"Ini yang dapat kami berikan atas prestasi Anda. Jika nanti Anda lulus S1, silakan melanjutkan ke jenjang S2 secara gratis," katanya disambut tepukan tangan dari semua anggota tim.

Sementara itu, dosen pembimbing Tim Sapu Angin, Ir. Witantyo M.Eng.Sc, mengatakan kemenangan di ajang Shell Eco-Marathon (SEM) Asia 2016 di Filipina (6/3) menuntut tim untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti ajang serupa "World Class Driver Competition" di London pada awal Juli 2016.

"Mereka akan memenuhi tantangan juara-juara dari Eropa dan Amerika Serikat. Untuk itu, kami akan melakukan revisi di beberapa bagian kendaraan agar kesalahan-kesalahan kecil saat di Filipina tidak terulang lagi," tuturnya.

Di London nanti yang menghadirkan para juara di Eropa, Asia dan Amerika Serikat itu, ia mengatakan Indonesia akan diwakili oleh tiga perguruan tinggi dengan kelas berbeda, yakni ITS untuk mobil berbahan bakar diesel, UI untuk mobil berbahan bakar bensin, dan UPI untuk mobil berbahan bakar listrik.

"Sungguh ajang di Filipina telah memberikan banyak pelajaran buat kami untuk menyiapkan diri lebih baik lagi, termasuk penggunaan jenis ban yang sempat menjadi bahan pertanyaan dari perwakilan Eropa," ujarnya.

Senada dengan itu, ketua tim mahasiswa Sapu Angin ITS, Rizkiardi Wilis Prakoso, mengatakan kemenangannya dalam kejuaraan yang baru saja diikuti di Filipina itu merupakan anugerah yang luar biasa.

Selain ketat, juga karena dihadiri tim peninjau dari Eropa dan Amerika Serikat memintanya untuk mengulang dan mengganti ban, karena ban yang dipakai dianggap ilegal.

"Itu merupakan pukulan yang luar biasa. Hingga hari Minggu kami belum mencatatkan angka, karena apa yang kami capai sebelumnya tidak diperhitungkan karena bannya dianggap ilegal," cerita mahasiswa Teknik Mesin semester 8 itu.

Lebih parah lagi, kepanikan pun sempat dialami timnya, karena mereka hanya membawa dua ban serep. Sementara tim peninjau dari Eropa meminta untuk mengganti semua ban.

"Untungnya tim dari ITB bersedia untuk meminjamkan ban cadangan dan baru pada hari terakhir Minggu sore kami bisa mencatatkan nilai," katanya.

Kedatangan tim itu di Surabaya sempat disambut puluhan mahasiswa ITS Surabaya yang mengarak tim mobil "Sapu Angin" untuk berkeliling kota dari Bandara Juanda Surabaya hingga Rektorat ITS Surabaya.

Sambutan dari sekitar 70-an mahasiswa ITS dan sejumlah dosen itu dilakukan sejak dari ruang kedatangan di Terminal 2 Bandara Internasional Juanda Surabaya, Selasa pagi, meski mereka harus menunggu satu jam lebih untuk proses keimigrasian.

"Kami menyambut kedatangannya, karena kami bangga. Paling tidak bisa mengangkat nama Indonesia di dunia," ujar mahasiswi semester 6 Jurusan Teknik Mesin (D3) ITS, Siti Hartati Nurhidayah.

Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016