Jakarta (ANTARA News) - Megawati Soekarnoputri, Presiden RI periode 2001-2004, dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang menjadi Presiden RI periode 1999-2001 secara terpisah menyatakan tidak terganggu atas tayangan parodi politik di televisi, sekalipun sering menampilkan sosok mirip mereka masing-masing. Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Sesjen DPP PDIP), Pramono Anung, mengemukakan bahwa Megawati Soekarnoputri menilai penampilan tokoh Megakarti yang menirukan sosok perempuan Presiden RI pertama itu dinilai masih dalam batas kewajaran. "Ibu tidak pernah komentar, dan senyum-senyum saja melihat tontonan yang menampilkan sosok Megakarti," kata Pramono Anung kepada para wartawan. Oleh karena itu, ia berpendapat, adanya rencana Pemerintah melalui Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) melakukan somasi terhadap penyelenggara tayangan parodi politik di televisi menunjukkan betapa Pemerintah memiliki telinga tipis, dan tidak siap menerima kritik. "Ini konsekuensi pemimpin dan pemerintah yang lahir dalam era reformasi, yang menjunjung tinggi demokrasi dan kebebasan berekspresi. Para pemimpin itu harus siap menghadapi parodi politik," ujarnya. Apalagi, ia menilai, parodi yang ditampilkan itu mengungkapkan realitas yang selama ini dirasakan dalam masyarakat. Oleh karena itu, ia mengemukakan, jika alasan somasi yang bakal diajukan Pemerintah itu berkaitan dengan soal etis atau tidak etis, maka sebaiknya masyarakatlah yang memberikan penilaian. "Silakan tanya masyarakat, apa betul acara itu tidak etis? Masyarakat itu sudah pintar dan punya swa-sensor dalam dirinya untuk menentukan etis tidaknya sebuah tayangan televisi," kata Pramono. Ia pun menyatakan, somasi yang bakal ditempuh Menkominfo itu sama saja dengan membesar-besarkan persoalan yang tak bermanfaat banyak bagi masyarakat luas. Sementara itu, Gus Dur mengaku terkejut dengan rencana somasi Menkominfo ke stasiun televisi yang menayangkan parodi politik, seperti Metro TV yang melibatkan pakar komunikasi politik Effendi Ghazali. Bahkan, Gus Dur mengemukakan, sudah menyiapkan kuasa hukum dari DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk membela tayangan parodi tersebut, bila Menkominfo melakukan somasi, demikian keterangan Effendi Ghazali kepada wartawan seusai membesuk Gus Dur yang menjalani perawatan kesehatan di Ruang Cenderawasih Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Jumat (2/3) siang. Gus Dur, seperti dituturkan Effendi Ghazali, sangat mendukung acara parodi politik. "Parodi politik yang merupakan humor politik itu relatif tidak ada batasnya," ujarnya menirukan Gus Dur. Selain itu, menurut Effendi, Gus Dur mengatakan bahwa pemimpin dan bangsa yang kuat adalah mereka yang mampu menertawakan dirinya sendiri. Menanggapi dukungan yang diberikan Gus Dur, Effendi menyatakan sangat terkejut, karena awalnya ketika bertemu di rumah sakit tidak membicarakan soal bantuan kuasa hukum tersebut. "Setelah pulang dari rumah sakit, tiba-tiba Pak Ikhsan Abdullah SH menelepon saya, dan menyatakan siap membantu, jika Pemerintah serius melakukan somasi," kata Effendi. Ikhsan Abdullah selama ini dikenal sebagai salah seorang penguasa hukum bagi Gus Dur maupun PKB. Berkaitan dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari dua mantan Presiden RI yang sosoknya sering diparodikan tersebut membuat Effendi Gazali mengemukakan bahwa dirinya bersama kawan-kawan tetap bersemangat menelurkan kreativitas yang memberikan proses edukasi dalam melakukan komunikasi politik di era demokrasi. "Ini hadiah dari Gus Dur untuk kreativitas, dan dukungan keluarga News.Com di seluruh Indonesia. Ini betul-betul surprise. Terima kasih patut kami sampaikan kepada Gus Dur, Ibu Mega dan keluarga Pak Harto yang bisa memahami, dan menerima tayangan parodi politik itu," demikian Effendi Gazali. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007