Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan memasukkan kembali PT Bank Tabungan Negara dalam daftar privatisasi BUMN pada 2007, melalui program penjualan saham perdana (IPO) di pasar modal. "Kita tengah menyiapkan surat kepada Tim Komite Privatisasi untuk menjadi agenda rapat Komite Privatisasi berikutnya," kata Menneg BUMN Sugiharto, di Kantor Kementerian BUMN, di Jakarta, Kamis. Hal itu diungkapkan Sugiharto menanggapi keputusan Komisi XI DPR-RI yang merekomendasikan program IPOB BTN dilanjutkan, setelah sempat dinyatakan ditunda. Sugiharto menjelaskan, pengajuan pembahasan IPO BTN tergantung rapat Komite Privatisasi berikutnya kapan diagendakan. "Tergantung Menko Perekonomian (Ketua TKP--red). Kita berharap makin cepat makin bagus," ujarnya. Persiapan surat usulan ke Komite Privatisasi juga ditandaskan Deputi Meneg BUMN Bidang Restrukturisasi dan Privatisasi Mahmudin Yasin. Ia menjelaskan, dirinya mengetahui adanya keputusan Komisi XI DPR agar pemerintah meninjau ulang penundaan IPO BTN. "Namun, Menteri akan mengirim surat dan menunggu arahan dari Komite Privatisasi. Jalurnya kan harus demikian," katanya. Terkait isu bahwa pemerintah akan melakukan merger BTN dengan bank plat merah lainnya, Yasi menegaskan, tidak ada pembahasan itu. "Merger sudah tidak dibicarakan lagi," ujarnya. Sebelumnya, Dirut BTN Kodradi menegaskan, DPR-RI sesungguhnya telah memberikan dukungan melakukan IPO. "Sudah siap, namun masih menunggu persetujuan dari pemegang saham," kata Kodradi. Dalam risalah Rapat Dengar Pendapat Umum antara Komisi V DPR-RI dengan pemangku kepentingan (stake holder) dibidang perumahan, beberapa waktu lalu, salah satu butirnya menyebutkan dukungan Komisi V DPR-RI agar BTN dapat IPO tahun 2007. Kesimpulan dalam rapat yang diketuai Yosef Umar Hadi itu disebutkan, perlunya BTN untuk IPO dalam tahun 2007 dalam rangka meningkatkan kapasitas pembiayaan mempercepat pembangunan rumah yang selama ini menjadi program pemerintah. Kodradi menjelaskan, tidak ada kendala melaksanakan IPO karena saham yang dilepas hanya 30 persen dan untuk dimiliki publik. Dengan IPO sebanyak 30 persen diharapkan BTN akan mendapatkan tambahan modal minimal Rp2 triliun untuk meningkatkan kapasitas kredit yang ada saat ini sampai dengan Rp40 triliun hingga tahun 2009. Menurut dia, untuk memenuhi target kapasitas kredit Rp40 triliun sampai Rp50 triliun tanpa mengganggu rasio kecukupan modal (CAR) maka Bank BTN harus memperkuat struktur modal yang saat ini masih Rp1,7 triliun (tahun 2006 belum diaudit). Posisi kredit BTN tahun 2006 tercatat Rp18,1 triliun, sementara kredit baru tahun 2007 ditargetkan Rp7,8 triliun, 2008 Rp10,7 triliun, sedangkan tahun 2009 Rp14,5 triliun.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007