Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi kembali bertolak ke Iran, Rabu, guna menemui sejumlah tokoh berpengaruh di negera tersebut terkait upaya meredakan konflik di sejumlah negara di kawasan Timur Tengah, terutama di Irak. "Saya ke Iran untuk menemui tokoh-tokoh berpengaruh di sana," kata Hasyim ketika ditemui di kantor PBNU, Jakarta, sebelum berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta. Penerima gelar doktor honoris causa bidang Peradaban Islam dari IAIN Sunan Ampel, Surabaya itu mengatakan kepergiannya ke Iran kali ini masih terkait dengan akan diselenggarakannya konferensi internasional tokoh Islam oleh pemerintah Indonesia untuk mencari solusi konflik Timur Tengah. Hasyim mengungkapkan, sejumlah tokoh yang akan ditemuinya antara lain penasihat presiden Iran Ayatullah Ali Attasykhiri dan mantan Presiden Iran Ali Akbar Hashemi Rafsanjani yang merupakan tokoh berpengaruh, baik di Iran maupun sejumlah negara di Timur Tengah lainnya. Hasyim yang juga presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP) sangat berharap konferensi yang akan digelar pemerintah Indonesia akan dihadiri tokoh-tokoh besar lainnya, seperti Presiden Palestina Mahmud Abbas dan tokoh Hamas Chalid Messal. Gagasan mempertemukan para tokoh Timur Tengah untuk meredakan konflik di kawasan itu sendiri berasal dari Hasyim yang disetujui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika keduanya bertemu pada akhir Januari lalu. "Saya katakan kepada presiden, masak sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, kita diam saja melihat konflik di Timur Tengah," katanya. Hasyim berpendapat, untuk meredakan konflik di sejumlah negara di kawasan Timur Tengah, tidak mungkin hanya dilakukan melalui pendekatan kenegaraan, melainkan harus memanfaatkan pendekatan lain juga, seperti pendekatan keulamaan. Sebab, katanya, di negara-negara muslim tersebut, ulama menempati posisi yang penting dan strategis. Para ulama adalah tokoh yang senantiasa bersentuhan langsung dengan masyarakat. Karena itu, upaya mempertemukan para tokoh pemimpin dan ulama akan sangat berpengaruh dalam peredaan konflik. Hasyim lantas mencontohkan konflik yang terjadi di Irak dan Palestina. Menurutnya, di kedua negara tersebut, ulama dan tokoh agama memegang peran utama. Karena itu, dalam kasus konflik di Irak dan Palestina, yang harus dipertemukan lebih dahulu adalah para pemimpinnya. "Pemimpin ini tidak harus yang ada di Irak atau Palestina saja, tapi bisa dari luar," katanya. Pemikiran Hasyim yang Sekjen International Conference of Islamic Scholars (ICIS) itu disepakati Presiden Organisasi Konferensi Islam (OKI) Abdullah Ahmad Badawai yang juga Perdana Menteri Malaysia. Dalam pertemuan beberapa waktu lalu, keduanya sepakat perlunya kerja sama antara ICIS dan OKI dalam meredakan konflik di Timur Tengah. "Kita berbagi peran. OKI berperan dalam jalur kenegaraan, sedangkan ICIS berperan di jalur keulamaan. Sinergi ini kita harapkan akan efektif dalam meredakan konflik," katanya. Sebelumnya, Hasyim bersama Menlu Hassan Wirajuda dan mantan Menlu Ali Alatas telah melakukan lawatan ke sejumlah negara di Timur Tengah, meliputi Suriah, Lebanon dan Iran. Dalam kunjungan tersebut, mereka antara lain menemui Mufti dan Menteri Agama Republik Lebanon Syekh Muhammad Rosyid Kabbany, Wakil Imam Syiah di Lebanon Syekh Amir Qobalany, Rektor Universitas Internasional Lebanon Dr Ahmad Husain, serta Komandan Markas Biro Politik Hamas Cholid Meshaal di Damaskus, Suriah.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007