Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia menyatakan duka cita atas kecelakaan pesawat Super Tucano milik TNI AU di Malang, Jawa Timur pada Rabu siang.

"Dengan demikian sekali lagi tentunya ini ada hal yang perlu didalami. Kepada keluarga yang meninggal dunia tentunya sekali lagi pemerintah menyampaikan belasungkawa dan duka cita yang mendalam," kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung yang ditemui di komplek Istana Negara, Jakarta pada Rabu siang.

Pramono menyesalkan terjadinya kecelakaan pesawat TNI AU dalam waktu berdekatan. Sebelumnya pesawat tempur T50i Golden Eagle jatuh di Yogyakarta pada 19 Desember 2015 saat sedang melakukan aerobatik.

Menurut Pramono, pihak TNI AU perlu melakukan evaluasi terhadap operasional pesawat tempur maupun latih di Indonesia.

Pihak TNI AU, kata Seskab, akan memberikan keterangan lanjutan mengenai pemeriksaan kecelakaan pesawat latih tempur jenis Super Tucano buatan Embraer, Brasil tersebut.

Pramono tidak meragukan kapabilitas penerbang pesawat TNI AU yang sebelumnya telah diberi pendidikan di Akademi Angkatan Udara, Yogyakarta.

"Artinya adalah seseorang dengan kapasitas, kapabilitas dan kemampuan yang mencukupi untuk menerbangkan pesawat," kata Pramono.

Pesawat Super Tucano digunakan oleh TNI AU untuk fungsi serang gerilya dan menggantikan pesawat OV-10 Bronco yang sudah dipensiunkan.

Embraer mendatangkan sejumlah pesawat itu dari Brasil ke Indonesia mulai tahun 2012-2015 kepada TNI AU.

Salah satu pesawat itu jatuh di kawasan permukiman padat penduduk di Jalan LA Sucipto, Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur, sekitar pukul 10.40 WIB.

Korban yang telah dibawa ke Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang adalah Mayor Penerbang Ifi, Co Pilot Syaiful, dan seorang warga Ny Pujianto.

Pewarta: Bayu Prasetyo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016