Sidoarjo (ANTARA News) - Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf meyambut ratusan mantan anggota aliran Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) di Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo, Sabtu pagi.

"Selamat datang di Jawa Timur. Langsung naik ke bus ya pak, buk. Istirahat ya," ujarnya sembari menyapa mantan anggota Gafatar di tangga pesawat tempat parkir bandara.

Tepat pukul 04.01 WIB, pesawat Lion Air nomor penerbangan JT-3837 dari Pontianak membawa 193 orang dengan rincian 60 wanita, 50 laki-laki, 70 remaja dan anak-anak, serta 13 balita, tiba di Terminal-1 Juanda.

"Selain awak pesawat, di dalam mereka dijaga oleh empat anggota Polri dan dua anggota TNI. Tujuannya semata-mata untuk mengantisipasi hal tak diinginkan," ucap Gus Ipul, sapaan akrabnya.

Berselang 9 menit, pesawat Lion Air nomor penerbangan JT-3715 yang membawa 194 orang mantan anggota Gafatar juga mendarat untuk selanjutnya dinaikkan ke bus menuju balai transito milik Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Pemprov Jatim di Jalan Margorejo Surabaya.

Pada kesempatan tersebut, Gus Ipul yang didampingi Kepala Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Jatim Wahid Wahyudi menyalami dan menyapa satu per satu mantan anggota Gafatar, bahkan sempat menggendong bayi hingga ke bus penjemput.

"Mereka ini mayoritas korban sehingga harus diluruskan dan diberi pengertian. Kepada aktor intelektualnya, polisi harus mengecek dan mengusutnya," kata mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal tersebut.

Selain itu, satu pesawat Lion Air nomor penerbangan JT-2873 juga dijadwalkan mendarat di Juanda Sabtu pagi dengan membawa sekitar 200 penumpang mantan anggota Gafatar.

"Mereka digabung di Balai Transito yang sudah dipastikan layak dengan kamar cukup banyak, termasuk fasilitas. Pendataan, pembinaan dan penyadaran akan dilakukan tim khusus sebelum dikembalikan ke daerah masing-masing pada Selasa (26/1)," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan dan LLAJ Jatim Wahid Wahyudi mengakui keterlambatan kedatangan pesawat karena calon penumpang berebut enggan diberangkatkan dengan berbagai alasan, seperti tidur, sakit hingga pingsan.

"Mereka bersikeras menolak diberangkatkan sampai akhirnya dilakukan lobi lebih khusus. Setiap pesawat juga dijaga aparat berseragam untuk berjaga-jaga," kata Penjabat Bupati Lamongan tersebut.

Pada kesempatan itu, turut hadir Asisten III Sekdaprov Jatim M. Shofwan, Kepala Disnakertransduk Sukardo, Danrem 084/Bhaskara Jaya Kolonel Inf Muhammad Nur Rahmad, Kapolres Sidoarjo dan sejumlah kepala SKPD terkait lainnya.

Menggunakan bus Damri dan pengawalan ketat kepolisian, mereka menuju Balai Transito yang menurut rencana didatangi Gubernur Jatim Soekarwo untuk menengok dan sekadar berinteraksi.

Ratusan mantan anggota asal Jatim dipulangkan ke daerahnya masing-masing dari Mempawah, Kalimantan Barat dan beberapa wilayah lainnya karena permukimannya dibakar warga setempat.

Pemprov Jatim telah membentuk tim khusus untuk menyadarkan dan mengajak ke ajaran benar, yang anggotanya antara lain Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, tokoh agama, serta beberapa pihak terkait lainnya.

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016