Dakha (ANTARA News) - Peraih Nobel Perdamaian Muhammad Yunus, yang dikenal sebagai "bankir kaum miskin" dari Banglades, secara resmi menyatakan diri masuk dunia politik pada Kamis malam, kata pejabat. "Profesor Yunus akan bertemu dengan wartawan di Bandara pukul 19.00 (20.00 WIB) hari ini sebelum berangkat ke Teluk," kata Dipal Barua, wakil direktur pelaksana Grameen Bank, kepada AFP. "Selama penjelasan kepada pers, Profesor Yunus secara resmi akan mengumumkan diri masuk politik. Dia sudah menulis surat tujuh halaman bagi orang senegaranya, yang menerangkan tujuan dan filosofi partainya dan surat itu akan dibagikan di Bandara," katanya. Partai tersebut akan dinamai Nagorik Shakti atau Kekuatan Warganegara, tambahnya. Yunus dan Grameen Bank, yang dia dirikan untuk menawarkan pinjaman kecil kepada yang sangat miskin, bersama-sama mendapat penghargaan Nobel Perdamaian pada Oktober lalu. Pelopor kredit-mikro itu sebelumnya menghindari dunia politik Banglades. Negara di Asia Selatan itu biasa masuk dalam daftar negara paling korup di dunia. Pada awal bulan ini, Yunus menulis surat terbuka, yang menyesali keadaan demokrasi Banglades dan dia minta pemandangan orang banyak, apakah sebaiknya dia mendirikan partai politik. "Saya, seperti juga Anda, menjadi saksi ke mana negeri ini dibawa oleh budaya politik dan bagaimana budaya politik telah mencoba menghancurkan peluang masa depan negeri ini," katanya. Nama partai tersebut telah diumumkan pada akhir pekan dan Yunus mengemukakan partainya akan mengikuti persaingan untuk semua kursi di parlemen pada pemilihan umum berikut, yang belum ditentukan jadwalnya. Pemilihan umum, yang dijadwalkan dilakukan 22 Januari, dibatalkan pada 11 Januari ketika Presiden Iajuddin Ahmed mengundurkan diri dan memberlakukan keadaan darurat. Penundaan pemilihan umum tersebut menyusul pengumuman dari oposisi utama, yang akan memboikot pemilihan tersebut. Mereka menuduh Partai Nasionalis Bangladesh, yang menguasai pemerintahan, berusaha berbuat curang terhadap oposisi. Pemerintahan sementara pimpinan mantan gubernur bank sentral, Fakhruddin Ahmed, dan didukung militer menjanjikan serangkaian perbaikan untuk menyelenggarakan pemungutan suara, yang dapat dipercaya. Namun, pengamat mempertanyakan kemampuan Yunus dalam mendapatkan dukungan massa. Walaupun ada yang menyebutnya pahlawan bangsa, dia juga disebut-sebut tak populer di banyak pemilih di pedesaan, karena banknya bersuku bunga tinggi. (*)

Copyright © ANTARA 2007