Jakarta (ANTARA News) - Pagelaran musik kontemporer Indonesia dan kesenian tradisional Batak memukau masyarakat Selandia Baru pada Asia Pacific Festival 2007, demikian dilaporkan KBRI Wellington, Senin. Selama dua pekan sejak 8 Februari 2007 berlangsung kegiatan multibudaya dalam rangka memeriahkan Asia Pacific Festival (APF) 2007 di Wellington, yang melibatkan 20 negara, termasuk Indonesia, Jepang, China, Korea, Iran dan Australia. Menurut staf KBRI Wellington, Tri Purnajaya, Asia Pacific Festival merupakan ajang berkarya para komponis kontemporer yang berasal dari sejumlah negara di Asia Pacific, yang diselenggarakan secara bergantian setiap tahunnya di negara-negara Asia Pasifik sebagai penyelenggara kegiatan. Untuk 2007, Asia Pacific Festival dilaksanakan dua kali, yaitu di Selandia Baru (bulan Pebruari) dan di Hongkong (bulan Nopember) mendatang. Sejumlah komponis kontemporer Indonesia yang terlibat pada APF 2007 di Selbar antara lain komponis kawakan Slamet Abdul Syukur (Bandung), Tony Prabowo (Yogyakarta), Sutanto (Magelang) dan Otto Sidharta (Jakarta). Selain menampilkan karya-karya komposisi terbarunya, mereka juga menjadi pembicara sekaligus peserta simposium musik yang digelar dari Sabtu (10/02) hingga Senin (16/02) di New Zealand School of Music. Kehadiran tim kesenian Sumatera Utara di Selandia Baru yang didukung oleh Pemda Propinsi Sumatera Utara, KBRI Wellington dan Universitas Sumatra Utara telah memukau penonton. Kelompok musik Suarasama pimpinan Irwansyah menampilkan kesenian khas Batak "Si Gale-gale" (dilengkapi dengan life-size puppet) serta tarian dan musik-musik tradisional yang tampil di Museum Te Papa, Happy Theatre, Midland Park, Gereja St. Andrews dan St. Paul`s Cathedral. Kelompok gamelan Padhang Moncar, New Zealand School of Music bersama dengan dhalang Ki Joko Susilo, staf pengajar di Otago University of Dunedin dibantu Budi S. Putra menggelar lokakarya dan pentas wayang kulit. Lokakarya yang dibuka selama tiga hari berturut-turut dihadiri sedikitnya 100 orang setiap kalinya, termasuk anak-anak yang sangat antusias dan ingin mengenal lebih jauh mengenai wayang. Dalang Kadek Budi Setiawan asal Bali, Garreth Farr (seniman terkemuka Selandia Baru) dan I Wyan Yudane juga menggelar karya baru gabungan gamelan dengan musik Barat. Karya tersebut akan ditampilkan juga pada World Music and Dance (WOMAD) yang akan diselenggarakan pada bulan Maret 2007 di kota Newplymouth, Selandia Baru. Padhang Moncar Selain mengikuti Asia Pacific Festival 2007, kelompok gamelan Padhang Moncar juga tampil turut memeriahkan Waitangi Day (peringatan kesepakatan damai antara suku Maori dengan bangsa kulit putih) dengan menampilkan Wayang Kulit di Museum Pataka. Sambutan baik ratusan pengunjung termasuk kehadiran Duta Besar RI Amris Hassan pada acara tersebut menambah semangat kelompok Padhang Moncar. Pada penghujung Asia Pacific Festival 2007, sebuah karya Slamet Abdul Syukur berjudul Tetabeuhan Sungut (the Mouthing Gamelan) ditampilkan oleh Tower New Zealand Youth Choir, sebuah paduan suara terdiri atas 50 orang, yang melantunkan irama gamelan dengan vokal. Menurut pimpinan Youth Choir ini, karya Slamet Abdul Syukur ini akan dibawakan pada tur mereka ke Spanyol, Kanada dan Inggris. Dalam rangka menghibur masyarakat Indonesia di kota Auckland (kota terbesar di Selandia Baru) KBRI juga menggelar tim kesenian asal Sumatera Utara di hadapan anggota masyarakat Indonesia di Auckland. Acara yang dihadiri oleh sekitar 250 orang tersebut juga sekaligus merupakan ajang perkenalan Duta Besar Amris Hassan dengan masyarakat Indonesia di Auckland. Pengunjung Museum Te Papa (salah satu tempat pertunjukan festival) pada akhir pekan diperkirakan mencapai 15.000 hingga 20.000 orang. Oleh karena itu, KBRI menilai keikutsertaan musisi dan seniman asal Indonesia memiliki makna yang penting dan strategis dalam upaya mempromosikan kesenian dan kebudayaan tanah air kepada warga Selbar khususnya dan masyarakat internasional pada umumnya, ditengah berbagai musibah, bencana alam, wabah penyakit flu burung yang melanda tanah air sehingga menjadi sorotan dunia. Keanekaragaman jenis dan warna musik yang ditampilkan oleh para seniman menunjukkan kekayaan khasanah budaya yang dimiliki Indonesia diharapkan dapat menanamkan keingintahuan yang lebih besar lagi bagi para pengunjung festival mengenai Indonesia. Disamping itu, kreativitas para seniman Indonesia diharapkan juga dapat menggugah minat masyarakat Selbar untuk berkunjung ke Indonesia. Duta Besar RI Amris Hassan sangat menghargai upaya para musisi dan seniman Indonesia yang berkiprah pada Asia Pacific Festival dan berpendapat bahwa acara -acara internasional seperti ini merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk tampil ke permukaan. Sejak awal, kata Dubes Amris Hassan, KBRI sangat mendukung keikutsertaan musisi dan seniman asal Sumatra Utara khususnya pada Asia Pacific Festival 2007 sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan kepada warga Selandia Baru yang telah memberikan dukungan bagi proses rekonstruksi dan rehabilitasi masyarakat Aceh dan Sumatera Utara pasca gempa dan tsunami tahun 2004. Dengan tampilnya berbagai kelompok kesenian asal Indonesia, diharapkan juga tumbuh saling pengertian dan persahabatan yang lebih dalam lagi antara masyarakat Indonesia dengan Selandia Baru, demikian Dubes Amris Hassan. (*)

Copyright © ANTARA 2007