Dia bukannya mengedepankan kepentingan nasional, malah mengedepankan kepentingan partai atau kepentingan dirinya sendiri.
Jakarta (ANTARA News) - Ormas Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) yang menjadi salah satu pendiri Golongan Karya mengecam dugaan pelanggaran etika Ketua DPR RI sekaligus kader Partai Golkar Setya Novanto yang belakangan menjadi perhatian publik.

"Saya selaku Ketua Umum MKGR mengecam dengan keras," ujar Ketua Umum MKGR Letjen TNI (Purn) Soeyono di sela Rapat Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) X MKGR di Jakarta, Senin.

Setya Novanto dilaporkan ke Mahkamah Kehormatan Dewan karena diduga melanggar kode etik karena terlibat dalam renegosiasi perpanjangan kontrak PT Freeport, dan disebut mencatut nama Presiden serta meminta saham dalam proses itu.

Menurut Soeyono, jika benar Novanto melakukan apa yang ditudingkan kepadanya, maka dia sudah melenceng dari ruh pembentukan Golongan Karya.

"Dia bukannya mengedepankan kepentingan nasional, malah mengedepankan kepentingan partai atau kepentingan dirinya sendiri. Ini melenceng jauh dari ruh Golongan Karya sebelum berubah menjadi partai," kata Soeyono.

Soeyono mengatakan sejarah Golkar telah melenceng dari semangat pembentukannya dan menilai sejak berubah menjadi partai, Golkar kini makin mengedepankan kekuasaan.

"Dulu MKGR membentuk Golkar berisikan para profesional yang mengedepankan kepentingan pembangunan. Ketika menjadi partai, Golkar mengedepankan kekuasaan dan sikut-menyikut," ujar dia.

Dia juga menyinggung munculnya Ormas MKGR palsu yang menyatakan diri berafiliasi kepada Partai Golkar. Menurut dia MKGR adalah ormas independen yang tidak berafiliasi terhadap partai mana pun, termasuk Golkar.

"MKGR hanya ada satu, yaitu kami-kami ini," jelas dia pada rapat yang juga mengundang tokoh-tokoh seperti Try Sutrisno, Suhardiman, dan Hayono Isman.

Sekjen MKGR Krissantono mengatakan Rapat Majelis Pertimbangan Organisasi X MKGR bertujuan meluruskan sejarah itu dan membicarakan situasi bangsa belakangan ini.

Dia mengatakan MKGR merasa keadaan bangsa semakin memperihatinkan.

Pewarta: Rangga Pandu A.J
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015