Sukabumi (ANTARA News) - Anggota DPR/MPR dari dapil Sukabumi, Desy Ratnasari, mengasah nasionalisme pelajar SMA dan sederajat di Sukabumi, Jawa Barat, melalui cerdas cermat tentang kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Untuk menyosialisasikan kehidupan berbangsa dan bernegara tentang Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI kepada pelajar harus melalui kegiatan yang tidak menjenuhkan seperti melalui lomba cerdas cermat ini," kata Desy Ratnasari di Sukabumi, Kamis.

Kejuaraan cerdas cermat ini diikuti pelajar SMA dari wilayah Kecamatan Gunungpuyuh, seperti SMA Hayatan Thayyibah, SMK Komputer Abdi Bangsa, MA Syamsul Ulum dan SMK Ulul Albab dengan jumlah peserta sebanyak 50 pelajar.

Menurut dia, kejuaraan cerdas cermat ini diselenggarakannya secara rutin di setiap kecamatan, agar seluruh sekolah bisa mengikuti kejuaraan ini dalam beberapa tahun.

Tidak hanya tingkat SMA, tetapi pelajar SMP pun diikutsertakan dalam kejuaraan yang nantinya akan menjadi wakil Sukabumi di ajang lomba cerdas cermat tentang kehidupan berbangsa dan bernegara tingkat provinsi maupun nasional.

Tujuan utama dari kegiatan ini tidak hanya sebatas sosialisasi, tetapi pentingnya membangun pondasi ideologi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai bekal awal bagi para calon pemimpin dimasa depan.

Selain itu, sosialisasi melalui kejuaraan cerdas cermat ini diharapkan dapat mengetahui tingkat pemahaman pelajar dalam memahami kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Kami sengaja memberikan pertanyaan kepada peserta agar bisa membedah apa itu kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga mereka mau tidak mau harus memahami agar bisa bersaing dengan pelajar dari sekolah lain," tambahnya.

Adapun juara I kejuaraan cerdas cermat ini dimenangkan oleh tim SMA Hayatan Thayyibah, juara II diraih oleh tim SMK Ulul Albab dan juara III jatuh kepada tim pelajar MA Syamsul Ulum Kota Sukabumi.

Salah seorang pelajar, Intan, mengatakan melalui lomba ini dirinya dan rekannya mampu memahami apa itu kehidupan berbangsa dan bernegara secara mudah.

Bahkan, bisa lebih mudah memahaminya dibandingkan hanya belajar di sekolah melalui pelajaran PPKN yang jadwalnya hanya satu kali pertemuan dalam seminggu.

Pewarta: Aditya A Rohman
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015