Surabaya (ANTARA News) - Menyaksikan satu demi satu foto yang ditampilkan di pameran foto bertajuk "70 Tahun Histori Masa Depan" yang digelar Perum LKBN Antara di Galeri House Of Sampoerna, Surabaya bisa menimbulkan berbagai persepsi penikmat foto.

Banyaknya persepsi yang muncul, diakui wajar oleh Kepala Kurator Foto Pameran Oscar Motuloh, karena setiap gambar mampu menyampaikan pesannya sendiri.

Oscar mencontohkan 13 foto detik-detik Proklamasi sebelum dibacakan yang dipajang dalam pameran itu, memperlihatkan aktivitas sesungguhnya.

"Gambaran foto detik-detik Proklamasi itu menceritakan bahwa kemerdekaan yang dicapai tidak runtuh dari langit, melainkan melalui proses panjang," kata Oscar.

Foto-foto karya Soemarto Frans Mendur itu diakui Oscar juga tidak pernah ditampilkan di media, dan jarang dijumpai karena keterbatasan halaman media pada saat itu.

"13 potong gambar itu berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Bung Karno dari berbagai sumber, dan terhimpun sejak ia pertama memotretnya pada 70 tahun silam," katanya.

Foto lain adalah perjalanan pasukan Belanda dari Bali ke Palembang pada tahun 1946, yang merupakan koleksi Museum Bronbeek, Belanda.

Oscar menyebut tidak banyak orang yang tahu bagaimana kondisi pasukan Belanda dalam kapal serta proses perjalanannya, sehingga menimbulkan berbagai pendapat terkait kondisi pasukan Belanda saat itu.

"Namun dalam pameran ini para penikmat foto dapat merasakan setiap foto yang ditampilkan secara apa-adanya," ucapnya.

Selain itu sejumlah foto lainnya juga merupakan koleksi dari Museum Belanda dan gabungan karya fotografer IPPHOS pada Agresi Militer Belanda I dan II pada tahun 1945 sampai tahun 1950.

Total foto yang dihadirkan dalam pameran sebanyak 70 foto, dengan komposisi 90 persen foto baru yang belum pernah dipublikasikan, sisanya 10 persen adalah karya lama yang sudah pernah dipajang sebelumnya.

Pameran akan digelar selama dua pekan, mulai Jumat 6 November hingga 29 November 2015, untuk menyemarakkan Hari Pahlawan di Kota Surabaya.

Salah satu kurator tamu, Yudhio Soerjoatmodjo mengatakan pameran ini merupakan upaya melakukan hal yang paling dasar, yaitu menyatukan kembali kepingan-kepingan sejarah sebanyak mungkin.

"Tujuannya, agar kita bisa mulai setahap demi setahap membangun jalur ke masa depan, sesuai dengan temanya "70 Tahun Histori Masa Depan"," katanya.


Kapten Moekari

Salah satu pejuang atau veteran yang menjadi "tamu istimewah" dalam pembukaan pameran Jumat (6/11) petang, Kapten Moekari mengakui foto yang ditampilkan dalam pameran itu adalah gambaran sesungguhnya.

"Bagi saya, foto-foto yang ditampilkan itu sudah biasa, karena saya mengalami juga, jadi saya biasa melihat foto-foto itu, dan itu adalah gambaran sesungguhnya," kata Moekari yang ditemui usai menyaksikan pameran.

Moekari yang menjadi pasukan Polisi Istimewah sebelum 17 Agustus 1945 itu mengakui setiap gambar yang ditampilkan dalam pameran itu memang demikian adanya.

"Sehingga, saya benar-benar merasakan apa yang ada dalam setiap foto yang ditampilkan," ucapnya.

Moekari berharap, foto yang ditampilkan bisa menjadi pelajaran bagi generasi muda saat ini untuk lebih peduli dan mengisi kemerdekaan dengan kegiatan yang bermanfaat, dan jujur.

"Saya hanya bisa berpesan, agar pemuda-pemuda saat ini bisa bertindak jujur dan jangan pilih kasih, sebab orang jujur itu sulit. Dulu penipu itu dari bawah, tapi sekarang itu dari atas," katanya.

Sementara itu, Manager House of Sampoerna, Ina Silas mengaku bangga tempatnya dijadikan sebagai lokasi pameran foto bertajuk "70 Tahun Histori Masa Depan".

Sebab, kata perempuan ini, pecahnya persitiwa 10 November 1945 pertama kali terjadi di pertahanan Bioskop Sampoerna, yang sekarang menjadi House of Sampoerna.

"Di sini dahulu waktu peperangan 10 November jatuh 7 korban pertama dalam peristiwa itu, dan ini menjadi kebanggaan tersendiri dengan digelarnya pameran," katanya.

Ina menyebutkan, selain dengan House of Sampoerna, pameran ini juga terselenggara atas kerja sama Brondbeek Colonial Museum Arnhem, Kerajaan Belanda, serta Yayasan Bung Karno.

Direktur Keuangan LKBN Antara, Endah Sri Wahyuni yang membuka pameran itu juga mengaku terharu dengan antusiasme anak muda Surabaya yang tinggi terhadap pameran.

"Kegiatan ini adalah lanjutan dari kegiatan serupa di Jakarta, dan rencananya setelah Surabaya akan dilanjutkan ke Yogyakarta dalam waktu dekat," katanya.

Oleh karena itu, Endah berharap pemeran foto ini dapat menularkan kegiatan positif bagi pemuda, sebab mayoritas pemuda saat ini lebih sering bergelut dengan dunia media sosial daripada kegiatan nyata, sperti pameran foto kali ini.

Sementara itu, dalam satu rangkaian kegiatan Perum LKBN Antara juga akan mengadakan diskusi kepahlawanan bertajuk "Kupas Tuntas Peristiwa 10 November" di Kantor LKBN Antara Biro Jawa Timur di Jalan Kombes M Duriyat 41-A/B, Surabaya, 9 November 2015.

Narasumber dalam diskusi itu, rencananya adalah Direktur Utama Perum LKBN Antara H Saiful Hadi, Ketua LVRI Surabaya Hartoyik selaku pelaku sejarah dan sejarahwan dari Yayasan Bung Karno Jakarta Dr Roesdi Hoesein, serta Mensos Khofifah Indar Parawansa.


Oleh Abdul Malik Ibrahim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015