Brussels (ANTARA News) - Layanan taksi online yang kontroversial, Uber, ditumpas pemerintah-pemerintah seluruh dunia, selain memicu protes para pengemudi taksi konvensional yang marah. Namun Uber bersikukuh akan terus maju.

Para eksekutifnya diadili di Paris, penggerudukan kantornya di Amsterdam, dituduh terlibat pemerkosaan di New Delhi: dunia tampaknya telah memalingkan muka dari revolusi Uber.

"Kita harus menolak hukum rimba (Uber) yang mengarah kepada perbudakan modern," kata Perdana Menteri Prancis Manuel Valls menyusul unjuk rasa berujung kekerasan oleh para pengemudi taksi di Paris yang mendorong pelarangan sementara layanan murah UberPop di kota ini.

"Masalah Uber itu kompleks, dan mengorbankan lapangan kerja para pengemudi taksi," kata Presiden Brasil Dilma Rousseff setelah kekerasan terjadi di Brasil menentang pengemudi Uber, termasuk satu kasus penculikan di Sao Paulo.

Namun kendati ditentang dan menghadapi rangkaian dakwaan hukum, Uber bersikukuh bahwa "langit adalah batasnya", apalagi bisnisnya tumbuh fenomenal.

"Kami sudah menggeluti ini selama lima tahun. Kami ada di 60 negara, ini film yang kami tonton berulang-ulang," kata Mark MacGann, Kepala Kebijakan Publik Uber di Eropa, Timur Tengah dan Afrika, kepada AFP.

"Kami sekontroversial pada 18-24 tahun lalu di AS dengan kami saat ini berada di tempat-tempat seperti Brussels, Barcelona, Berlin," kata dia.

Saat ini, Uber adalah startup paling terlihat dari Lembah Silikon dengan nilai pasar dikuasai 50 miliar dolar AS. Layanan ini ada di 340 kota di seluruh dunia dengan tiga juta perjalanan setiap hari.

Uber tidak mempekerjakan pengemudi, pun tidak memiliki mobil, dengan alih-alih memanfaatkan para pengemudi ber-SIM pribadi dengan mobil pribadinya sendiri. Untuk itulah Uber dianggap sebagai pemain dalam "ekonomi berbagi" yang membuat para pengemudi menjalankan bisnisnya sendiri.

Sekali mendapatkan akun, para pengguna dapat memanggil mobil Uber dengan sekali jentik pada ponsel pintarnya, bukan lagi dengan memesan taksi atau berdiri di pinggir jalan mencegat taksi.

Para operator taksi menyebut Uber sebagai lambang persaingan usaha yang tidak adil karena pengemudi Uber bisa mengabaikan aturan dan pembatasan hukum yang mengatur taksi profesional.

Uber dipimpin oleh CEO tangguh Travis Kalanick, seorang pria berumur 39 tahun dari California yang menuduh pemerintah mengikatkan diri pada monopoli taksi.

Industri taksi biasa "merasa terancam oleh layanan kualitas tinggi dan respons cepat kami", kata Kalanick dalam wawancara dengan AFP pada 2013.

Berjuang keras di Eropa

Kota demi kota, Uber meluncurkan layanannnya, pertama di AS dan setelah itu dengan cepat di mana-mana, dengan kerap melanggar aturan hukum setempat. Namun penentangan yang mereka hadapi di Eropa adalah tantangan terbesar perusahaan ini.

Dua eksekutif Uber Prancis ditangkap Juni lalu dengan ancaman dihukum dua tahun penjara, selain juga denda sampai 300.000 euro.

Sidang mereka memang ditunda dari seharusnya Februari lalu menjadi pekan ini, namun kemenangan kecil hukum ini terlihat kecil bila dibandingkan dengan hari-hari yang semakin keras yang dihadapi Uber.

Selasa pekan lalu, polisi menggerebek markas besar Eropa-nya di Belanda, sedangkan di London, para pejabatnya diancam dakwaan melawan hukum dalam berkas setebal 27 halaman yang disebut Uber sebagai omong kosong.

Sebagai balasan untuk manuver ini, Uber melancarkan kampanye petisi besar-besaran, seperti belum lama ini dilakukannya di Brussels di mana pekan lalu opsi murah UberPop mereka ditutup dalam jangka waktu 21 hari.

"Benar dari perspektif peraturan dan perspektif politik, Eropa pastinya lebih menantang ketimbang Amerika Serikat," kata MacGann, yang 20 tahun berpengalaman dalam soal lobi, kepada AFP.

Di Jerman, pasar terbesar Uber di Eropa, Maret lalu sebuah pengadilan memerintahkan perusahaan ini menghentikan layanannya.

Balik melawan, Uber beralih ke Uni Eropa untuk membatalkan larangan dan mengajukan gugatan kepada Jerman, Prancis dan Spanyol.

Peraturan di kebanyakan negara Eropa "sudah ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan tujuan," kata MacGann, sembari menyebut Jerman dan Spanyol, serta juga Italia, sebagai perbatasan terakhir Uber.

Sebaliknya di Asia, Uber masih tumbuh sangat bagus.

Uber mulai beroperasi di India pada September 2013 dan kini beroperasi pada hampir selusin kota besar di penjuru negeri ini.

Namun di New Delhi, bulan ini pihak berwenang mengeluarkan larangan kepada Uber, setelah seorang pengemudinya dituduh memperkosa penumpangnya.

Di Tiongkok, MacGann menyebut "Uber masih sebagai underdog," dengan menguasai 40 persen pangsa pasar, demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015