Rata-rata nilai tukar rupiah mulai dari Januari sampai September itu kan sekitar Rp13.700 per dolar AS, kalau bisa dipertahankan ini rata-rata di 2016, itu (asumsi) sebenarnya masih relevan,"
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi XI DPR RI Nurdin Tampubolon menilai asumsi nilai tukar rupiah dalam RAPBN 2016 yang baru saja disepakati antara pemerintah dengan DPR sebesar Rp13.900 per dolar AS masih relevan.

"Rata-rata nilai tukar rupiah mulai dari Januari sampai September itu kan sekitar Rp13.700 per dolar AS, kalau bisa dipertahankan ini rata-rata di 2016, itu (asumsi) sebenarnya masih relevan," ujar Nurdin usai raker pembahasan asumsi makro RAPBN 2016 di Jakarta, Selasa malam.

Bahkan, lanjut Nurdin, nilai tukar rupiah dapat mencapai level yang lebih baik apabila asumsi pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2016 sebesar 5,3 persen dapat tercapai.

Menurut Nurdin, kondisi ekonomi Indonesia saat ini relatif masih dalam batas-batas yang positif kendati pertumbuhan ekonomi masih melambat. Ia menekankan pentingnya sinergi antara lembaga atau institusi dalam mencapai target ekonomi yang dicanangkan.

"Ekonomi kita bahkan bisa lebih baik apabila sinergitas dari seluruh institusi yang ikut membangun, apakah di bidang fiskal, moneter, legislatif, dan juga pengawasan, itu kalau bisa sinkron dan tidak mengutamakan ego sektoral, saya yakin asumsi dasar itu bisa tercapai," kata Nurdin.

Selain asumsi nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi, pemerintah dan DPR juga menyepakati asumsi inflasi dan SPN 3 bulan masing-masing 4,7 persen dan 5,5 persen atau relatif tidak berubah dari yang diajukan oleh pemerintah sebelumnya.

Sedangkan untuk asumsi target pencapaian pembangunan sendiri disepakati tingkat pengangguran sebesar 5,2-5,5 persen, tingkat kemiskinan 9-10 persen, indeks gini ratio (indeks untuk mengukur tingkat kesenjangan) 0,39 dan indeks pembangunan manusia 70,1 melalui penghitungan metode terbaru.

Nurdin meningatkan, Indonesia harus memperkuat kekuatan ekonomi di dalam negeri melalui penguatan sumber daya lokal baik sumber daya manusia ataupun sumber daya alam, serta teknologi. Namun, hal tersebut tidak berarti pemerintah menolak investasi asing.

"Dalam jangka pendek, investasi asing kita butuhkan untuk recovery perekonomian kita, tapi dalam jangka panjang kita harus andalkan kekuatan fundamental ekonomi dari dalam negeri," ujar Nurdin.

Ia menilai, perlu ada keseimbangan antara pemanfaatan investasi asing dengan kekuatan ekonomi lokal sehingga perekonomian dapat tumbuh dengan lebih sehat dan berkesinambungan.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015