Sumatera Selatan potensi awan hujannya sangat sedikit, Riau baru mulai tumbuh awan tapi belum besar. Di Kalimatan awan juga tipis,
Jakarta (ANTARA News) - Penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mengatasi asap kebakaran lahan dan hutan di Sumatera dan Kalimantan dengan hujan buatan terhambat minimnya potensi awan hujan.

"Sumatera Selatan potensi awan hujannya sangat sedikit, Riau baru mulai tumbuh awan tapi belum besar. Di Kalimatan awan juga tipis, terutama di bagian selatan Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur," kata Kepala UPT Hujan Buatan BPPT Heru F Widodo di Jakarta, Selasa.

Kondisi kering dan tidak ada hembusan angin, menurut dia, juga membuat awan dengan potensi hujan tidak terbentuk di wilayah-wilayah tersebut. Karena itu, TMC dengan menyemai garam untuk menurunkan hujan masih sulit dilakukan.

"Yang sudah berhasil turun hujan di Kalimantan Barat bagian utara. Kita sudah semai garam di awan dengan potensi hujan pada 25 Agustus dan setelahnya sudah mulai turun hujan," ujar dia.

Kondisi awan dengan potensi hujan saat ini, menurut dia, berfluktuatif. Dalam waktu lima hingga tujuh hari ke depan awan baru akan muncul lagi.

Selain karena kondisi awan, ia mengatakan tebalnya kabut asap terutama di Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan mengganggu penerbangan karena jarak pandang kurang dari 700 meter.

Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Iskandar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, tanggal 8 September 2015, pukul 05.00-06.00 WIB, jarak pandang mencapai 500 meter dengan keadaan cuaca waktu pengamatan tertutup asap tebal.

Sedangkan jarak pandang pada pukul 07.00 WIB hanya mencapai 300 meter dengan keadaan cuaca waktu pengamatan tertutup asap tebal.

Sedangkan berdasarkan peta sebaran titip panas yang terpantau satelit Terra and Aqua pada 7 September 2015 terpantau mencapai 39 di Sumatera, 437 di Kalimantan, dan lima di Jawa.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015