Jakarta (ANTARA News) - Bertepatan dengan peringatan hari kanker paru-paru sedunia 1 Agustus, ahli kesehatan mengingatkan kita untuk menghindari faktor risiko agar tak terserang kanker paru-paru.

Kalaupun tak terhindari, keberhasilan pengobatan bisa lebih tinggi jika kita melakukan deteksi dini.

"Menghindari faktor risiko dan melakukan deteksi dini akan amat berperan untuk keberhasilan pengobatan," ujar spesialis pulmonologi dan ilmu kedokteran respirasi FKUI, Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP (K), MARS, DTM&H, DTCE, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu.

Dia menyebutkan sejumlah faktor risiko kanker yang dapat dihindari, di antaranya kebiasaan merokok yang berhubungan dengan sekitar 70% kematian akibat kanker paru. Kemudian, bahan lain yang juga faktor risiko adalah radon, asbestos, arsenik, berilium dan uranium, serta riwayat radiasi.

Faktor lainnya ialah mempunyai penyakit paru lain (emfisema, bronkitis kronik, PPOK dan TB)  juga meningkatkan risiko terkena kanker paru. Di samping itu, riwayat keluarga yang juga menderita kanker paru-paru, pernah mengalami kanker di alat tubuh lain juga menjadi faktor risiko kanker paru-paru.

"Risiko mendapat kanker paru meningkat dengan pertambahan usia, dan laki-laki lebih sering dari perempuan," ungkap Tjandra.

Kanker paru-paru adalah salah satu kanker dengan penderita terbanyak di dunia. Kematian akibat kanker ini di dunia lebih banyak daripada gabungan kematian akibat kanker payudara, kanker kolon dan kanker prostat.

"Satu dari lima kematian akibat kanker di dunia terjadi akibat kanker paru, dan setiap tahun ada lebih dari 1,8 juta kasus kanker paru baru di dunia," kata dia.      

Sementara itu, estimasi badan kesehatan dunia (WHO) tentang 10 penyebab kematian di dunia tahun 2015 menunjukkan bahwa kanker paru-paru, trakea dan bronkus merupakan penyebab kematian ke-7 di dunia.

Beberapa gejala yang dapat dicurigai sebagai kanker paru-paru, di antaranya ialah perubahan jenis dahak, nyeri dada atau punggung, batuk darah dan sulit menelan. Bila menemukan gejala ini, Tjandra menyarankan agar dilakukan pemeriksaan yakni anamnesis dan pemeriksaan fisik, foto rontgen, CT dan PET scan, bronkoskopi atau biopsi jarum.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015