Jember (ANTARA News) - Abu vulkanik letusan Gunung Raung masih mengguyur kawasan Bandara Notohadinegoro Kabupaten Jember, Jawa Timur, sehingga bandara setempat ditutup, Kamis.

"Abu vulkanik masih cukup tebal di kawasan bandara, sehingga aktivitas penerbangan di Bandara Notohadinegoro Jember ditutup," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bandara Notohadinegoro, Edi Purnomo, di Jember.

Menurutnya, "Notice to Airmen" (Notam) penutupan Bandara Notohadinegoro sejak Rabu (22/7) hingga pukul 16.00 WIB, namun penutupan bandara diperpanjang hingga Kamis pukul 16.00 WIB.

"Hari ini tidak ada aktivitas penerbangan untuk maskapai Garuda Indonesia dengan rute Jember-Surabaya karena bandara ditutup akibat abu vulkanik masih mengguyur bandara, termasuk landasan pacu (runway)," tuturnya.

Ia mengaku tidak tahu pasti kapan Bandara Notohadinegoro dibuka kembali karena pihaknya selalu berkoordinasi dengan pihak terkait seperti Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dan AirNav Indonesia.

"Selama abu vulkanik masih turun di sekitar bandara dan mengganggu rute penerbangan Jember-Surabaya, maka bandara tetap ditutup, namun sewaktu-waktu status itu bisa dicabut, apabila situasi kembali normal," paparnya.

Bandara yang berada di Desa Wirowongso, Kecamata Ajung, Kabupaten Jember itu sudah beberapa kali tidak beroperasi karena sebaran abu vulkanik mengguyur landasan pacu dan sekitar bandara.

Bahkan, petugas bandara juga kesulitan membersihkan abu vulkanik karena peralatan yang tersedia untuk membersihkan terbatas yakni kompresor dan mobil pemadam kebakaran (PMK), sehingga pembersihan berjalan lambat.

Laporan aktivitas Gunung Raung pada Kamis pukul 06.00-12.00 WIB teramati secara visual cuaca mendung, angin tenang, Gunung Raung tertutup kabut, asap kelabu tebal, tekanan lemah, tinggi kolom abu mencapai 2.000 meter condong ke arah barat.

Sementara data seismik mencatat tremor vulkanik atau letusan menerus dengan amplitudo dominan 27 milimeter, sehingga kesimpulan letusan masih terus terjadi dan status Gunung Raung tetap siaga.

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015