Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mengingatkan pemerintah untuk mengantisipasi maraknya berbagai penyalahgunaan teknologi informasi untuk kejahatan siber (cyber).

"Saat ini kejahatan seperti penipuan, pemalsuan sampai prostutsi sudah menggunakan perangkat teknologi, informasi dan komunikasi  yang canggih," katanya kepada pers di Jakarta, Kamis.

Contoh paling mudah, kata dia, adalah kasus prostitusi online baik yang sifatnya terkoordinasi atau individual merupakan bentuk kejahatan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

"Pemerintah seperti lupa membangun aspek budaya dan informasi karena hanya fokus membangun infrastruktur TIK-nya saja," ujar Mahfudz.

Hal ini, menurut dia, menjadi pekerjaan rumah yang harus ditangani pemerintah karena dengan terabaikannya pembangunan budaya TIK, maka memunculkan penyalahgunaan TIK dalam berbagai bentuk kejahatan. "Hal ini masih diperparah dengan aspek penegakan hukumnya lambat," katanya.

Dia pun mencontohkan bagaimana lambatnya penangangan kasus prostitusi "online" yang sudah marak sejak lama.

"Misalnya praktik prostitusi online ini sudah lama, bahkan kalau kita buka Facebook, Twitter dan lain gampang sekali ditemukan. Kalau masyarakat saja bisa gampang menemukan praktik ini, harusnya penegak hukum tidak sulit untuk membongkarnya," katanya.

Dia pun meminta aparat penegak hukum, dalam hal ini jajaran kepolisian untuk tidak "angin-anginan" menangani kasus ini. Kalau ini tidak ditangani secara serius maka bisa saja muncul kejahatan-kejahatan selanjutnya yang akan lebih dahsyat.

"Karena praktiknya abu-abu dan tidak jelas, bisa saja terjadi tindak kriminal lainnya seperti pembunuhan atau lainnya. Penyebarluasan penyakin juga lebih dahsyat," katanya.

Sebelumnya. Rabu (17/6) jajaran Polda Metro Jaya membekuk enam mucikari yang biasa menjajakan ratusan wanita cantik secara "online".

Para pelaku biasa menggunakan jasa pelayanan seks para wanita mudanya melalui berbagai saluran aplikasi media sosial mulai dari Facebook, Twitter, BBM, WeChat dan WhatsApp selain mereka juga memiliki situs sendiri seperti semprotku.com dan lendir.org.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015