Jakarta (ANTARA News) - Kepala sindikat rampok taksi yang sempat buron selama beberapa bulan terakhir, Zulhemdi alias Udin (33), ditembak petugas di Purwosari, Cikampek, Jawa Barat, karena berusaha kabur ketika akan dibekuk. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Carlo Brix Tewu, di Jakarta, Rabu, mengatakan, Zulhemdi, warga Marga Jaya Bekasi Selatan diduga adalah otak perampokan para penumpang taksi. "Ia mengaku telah melakukan perampokan penumpang taksi selama 50 kali dalam setahun terakhir," kata Carlo. Zulhemdi ditangkap menjelang Tahun Baru dan dia berusaha `kabur` saat polisi akan menangkap beberapa rekannya sehingga petugas terpaksa menembak kaki kirinya. Zulhemdi yang lahir di Padang itu diduga adalah pimpinan dari tujuh komplotan rampok taksi yang hingga kini masih buron. Saat beroperasi Zulhemdi yang berprofesi sebagai sopir tembak menggunakan dua mobil taksi. Taksi pertama digunakan untuk penumpang dan taksi kedua yang membuntuti taksi pertama mengangkut tiga sampai enam orang pelaku perampokan. Biasanya sopir taksi yang juga komplotan perampok akan berhenti di suatu tempat dan taksi di belakangnya juga turut merapat. Setelah itu pelaku langsung menodong korban dan merampas barang bawaannya. Seorang korban Zulhemdi, perempuan warga Pesanggrahan Jakarta Selatan berinisial IT, sempat melaporkan perampokan yang dilakukan tersangka. IT naik taksi dari Jalan Panglima Polim menuju Bintaro, tetapi tiba-tiba di tengah jalan yaitu di daerah Kebayoran Lama, taksi tiba-tiba berhenti dan seketika itu juga sejumlah orang membuka pintu taksi dari luar dan memaksa IT menyerahkan barang bawaannya. Akibatnya IT harus kehilangan kartu ATM dan surat-surat penting, gelang 15 gram, dua cincin emas, ponsel nokia 7360 dan dua ponsel N73, serta uang tunai sebanyak Rp2,8 juta. Selanjutnya IT dibawa berkeliling dan baru diturunkan pada malam hari di sekitar Jalan Gatot Subroto dari sejak naiknya pada pukul 17.50 WIB. Korban lain aksi perampokan Zulhemdi cs adalah perempuan berinisial CA yang tinggal di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pada Oktober 2006 silam, CA naik taksi dari depan kampus Universitas Paramadina tanpa sadar bahwa taksi yang dinaikinya itu dibuntuti taksi lain yang mengangkut perampok. Saat sudah di dekat rumahnya di Pasar Minggu, taksi yang ditumpanginya tiba-tiba berhenti dan pintu dibuka paksa dari luar. CA kaget ketika sebanyak enam orang masuk melalui kiri kanan pintu taksi dan menodongnya agar menyerahkan barang bawaan. Akibatnya CA harus kehilangan ponsel bermerek Sonny Ericson W550 dan Nokia 6235, ATM, SIM, STNK, dan surat penting lainnya. Serupa dengan korban-korban sebelumnya, CA juga dibawa berkeliling dan baru diturunkan di kawasan Senen, Jakarta Pusat pada pukul 22.00 WIB. Carlo mengatakan, Zulhemdi dan rekan-rekannya dari hasil penyidikan diketahui bahwa mereka kerap beroperasi saat menjelang magrib (sekitar pukul 05.00 hingga 18.30) dan biasanya korban adalah perempuan. Sedangkan kawasan yang paling rawan perampokan taksi adalah wilayah sekitar Casablanca, Ratu Plaza, Plaza Senayan, dan sepanjang jalan Rasuna Said Kuningan. "Karena itu saya pesan kepada penumpang untuk berhati-hati dan jangan lupa untuk melihat nomor lambung taksi ketika akan naik," katanya. Saat ini barang bukti berupa dua taksi dari perusahaan Indo Taxi dan Celebrity Taxi bernomor polisi B 1714 IE diamankan di markas Polda Metro Jaya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007