Hal seperti itu terjadi karena mereka ingin hidup `palsu` sampai lupa untuk menjaga harga diri,"
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Itet Tridjajati Sumarijanto mengatakan maraknya pekerja seks komersial yang mempromosikan dirinya secara "online" karena budaya instan.

"Hal seperti itu terjadi karena mereka ingin hidup palsu sampai lupa untuk menjaga harga diri," ujar Itet di Jakarta, Kamis.

Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu mengaku khawatir dengan maraknya prostitusi "online" tersebut.

Budaya instan tersebut sangat berkaitan dengan gaya hidup hedonis terutama di kota besar.

"Selain faktor ekonomi, saya kira gaya hidup turut mempengaruhi" tambah dia.

Oleh karena itu, sambung dia, penting bagi orang tua menanamkan pendidikan karakter pada anak sejak dini.

Menurut dia, ketika mendidik anak yang harus dimulai terlebih dahulu urutannya adalah intelektualitasnya, spiritualitas, fisik, sosialisasi, dan terakhir seksualitas.

Meskipun demikian, dalam kasus prostitusi Itet meminta agar tak hanya menyalahkan perempuan, karena lelaki pun ikut terlibat.

Itet meminta pemerintah untuk lebih serius memberantas masalah-masalah sosial seperti prostitusi, karena tidak saja mengorbankan harga diri, dapat juga menghilangkan nyawa.

Contoh seperti seorang perempuan yang diduga PSK, Deudeuh Alfisahrin (26) tewas mengenaskan di kosannya dengan kondisi badan tanpa busana dan mulut disumpal kaos kaki dengan jeratan kabel di lehernya.

Deudeuh dibunuh oleh Prio Santoso, setelah memakai jasanya. Semasa hidup Deudeuh memasarkan jasanya melalui dunia maya.

Pewarta: Indriani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015