Jakarta (ANTARA News) - Kesulitan pendanaan yang dialami sejumlah investor tol Trans Jawa mendorong pemerintah membentuk perusahaan holding yang disokong bank investasi internasional. "Sudah ada 'investment banking' yang berminat mulai dari Temasek, Macquirie, Khasanah serta beberapa lainnya nanti akan ditenderkan," kata Staf Ahli Menteri PU bidang Ekonomi dan Investasi, Sumaryanto Widayatin, di Jakarta, Kamis, disela-sela Workshop Infrastruktur. Menurut dia, pemenang tender yang akan dipilih adalah yang sanggup membiayai tol dengan bunga paling murah serta masa pengembalian tenor lebih panjang. Kebijakan ini terpaksa diambil karena banyak investor tol Trans Jawa yang tidak kunjung mendapatkan pembiayaan (financial closing), padahal telah menandatangani Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) serta proyek itu seharusnya sudah mulai berjalan pada 2007. Sumaryanto mengakui untuk mendapatkan sumber dana dari bank di dalam negeri tidaklah mudah, dengan tingkat bunga 15 persen serta pengembalian kurang dari lima tahun membuat tidak cocok untuk jalan tol yang merupakan investasi jangka panjang. Ia juga mengakui perbankan di Indonesia sebagian besar mengalami keterbatasan sumber pendanaan untuk investasi, sementara dari pihak "investment bank" asing sanggup memberikan fasilitas pembiayaan sampai 15-20 tahun dengan bunga lebih rendah. Mereka bersedia untuk ikut serta dalam penyertaan "holding" sebesar 30 persen, sedangkan sisanya Indonesia dengan demikian mereka tidak memiliki ambisi untuk menjadi mayoritas. Nantinya seluruh investor yang terlibat dalam pembangunan Trans Jawa baik yang sudah menandatangani PPJT maupun belum, termasuk yang telah terbangun, akan dimasukkan dalam "holding" dengan disesuaikan berdasarkan hitung-hitungan yang ada. "Holding" ini nantinya akan menerbitkan surat berharga yang dapat diperjual belikan kepada investor dengan demikian misalnya PT Jasa Marga sudah punya lima ruas yang sudah operasi, maka akan dihitung berapa besar kepemilikannya. Misalnya dari satu juta saham yang diterbitkan "holding", PT Jasa Marga ikut 400.000. Nantinya saham itu juga dapat diperjual belikan sesuai harga pasar yang berlaku dalam arti kalau jalan itu belum selesai wajar jika harganya murah. Dengan mekanisme demikian, menurut Sumaryanto, akan lebih terbuka karena investor yang memang tidak memiliki prospek misalnya kredit macetnya besar, akan dikeluarkan dari "holding". Sumaryanto mengatakan selama pembentukan "holding" berjalan, pembangunan konstruksi tol Trans Jawa tetap berlanjut sesuai jadwal pada 2007, setelah terbentuk baru dilaksanakan pengambilalihan. Ia juga mengakui dengan sistem yang sekarang ini mengandung kelemahan terutama bagi investor yang telah menandatangani PPJT apabila terjadi sengketa (dispute) dapat dibawa ke pengadilan. (*)

Copyright © ANTARA 2006