Kota Gaza (ANTARA News) - Pasukan keamanan Palestina yang setia kepada Presiden Mahmoud Abbas terlibat baku-tembak dengan polisi dari HAMAS di Jalur Gaza, Selasa, sementara itu ketegangan memuncak setelah pembunuhan tiga anak laki-laki dari seorang pejabat tinggi intelijen Abbas. Beberapa pejabat rumah sakit mengatakan dua anggota pasukan keamanan Abbas telah cedera, satu luka parah. Jurubicara bagi Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) mengatakan, dua anggota mereka telah cedera. Satu orang berada dalam kondisi kritis. Kedua pihak tersebut saling tuduh mengenai pihak yang memulai bentrokan bersenjata itu di kota kecil Khan Younis di Jalur Gaza. Jurubicara HAMAS mengatakan anggota pasukan Abbas telah melancarkan protes dan menyerang bangunan umum. Abbas sebelumnya memerintahkan pasukan keamanannya untuk menggelar personil di seluruh Jalur Gaza setelah terbunuhnya tiga anak laki-laki yang berusia 6 sampai 9 tahun. Ketegangan antara Abbas, yang berhaluan moderat, dan HAMAS telah meningkat sejak beberapa pria tak dikenal yang bersenjata menembak hingga tewas ketiga anak Kolonel Baha Balousha tersebut, saat mereka tiba di sekolah Senin. Seorang pejabat senior dari faksi Fatah, pimpinan Abbas, Hussein Ash-Sheikh, mengatakan pemerintah pimpinan HAMAS bertanggung jawab atas peristiwa itu. "Tentu saja, orang-orang yang sangat dekat dengan HAMAS, untuk mengatakan setidaknya, berada di belakang pembunuhan tersebut. Kami menganggap pemerintah dan Kementerian Dalam Negeri bertanggung jawab," Ash-Sheikh. "Ini adalah mafia, gerombolan pembunuhan," tambahnya. Ia merujuk kepada pelaku "tembak-lari" tersebut. Anggota parlemen senior HAMAS Mushir Al-Masri dengan geram membantah gerakan garis keras itu memiliki hubungan dengan serangan itu. "Para pemimpin Fatah kelihatannya mengeksploitasi darah anak yang tak berdosa untuk meraih keuntungan politik," katanya. Selain kerusuhan politik intern, Jalur Gaza dirongrong oleh bentrokan suku dan lonjakan aksi kejahatan menyusul embargo bantuan oleh Barat terhadap pemerintah HAMAS telah menambah parah kemiskinan. Sementara itu, di kota Ramallah, Tepi Barat Sungai Jordan, Selasa malam, seorang pegiat HAMAS cedera oleh beberapa pria bersenjata dari Brigade Syuhada Al-Aqsha --bagian dari Fatah, kata seorang pejabat HAMAS. Pejabat itu mengatakan beberapa aktivis sedang berusaha memasang spanduk HAMAS ketika mereka ditembaki. Pejabat tersebut menuduh pria bersenjata itu menculik seorang anggota HAMAS. Brigade Syuhada Al-Aqsha membantah bahwa kelompok tersebut telah menculik anggota HAMAS. Kelompok garis keras itu menyatakan telah menembak pegiat tersebut setelah mereka berusaha memasang spanduk dan poster di atas gambar mantan presiden Palestina Yasser Arafat --yang juga adalah pemimpin Fatah sebelum ia meninggal pada 2004. Ketegangan politik telah meningkat karena kegagalan HAMAS dan Fatah, yang sebelumnya mendominasi politik Palestina, untuk membentuk pemerintah persatuan nasional yang diharapkan rakyat Palestina dapat mengakhiri boikot Barat. Para pembantu Abbas mengatakan ia berencana menyerukan pemilihan umum dini Sabtu, setelah pembicaraan mengenai pemerintah persatuan gagal. Namun, mereka menyatakan, ia tetap membuka pintu bagi dialog dengan HAMAS. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006