Jakarta (ANTARA News) - Indonesia akan menjadi tuan rumah simposium Asia Open Source Software (OSS), yang dihadiri pakar dan praktisi teknologi informasi dari berbagai negara. Menurut Ketua Tim Indonesia Go Open Source (IGOS) yang juga Asdep Pengembangan dan Pemanfaatan TI Kementerian Ristek, Prof Dr Engkos Koswara, di Jakarta, Senin, simposium itu akan membahas masalah infrastruktur, tatanan pengelolaan serta kompetensi konsep, teknis dan implementasi Open Source di Asia. Open Source sendiri merupakan software (piranti lunak) yang berbasis pada kode-kode terbuka, yang dapat dikembangkan dan digunakan siapa saja dengan gratis. Hal ini berbeda dengan piranti lunak berlisensi yang dijual dengan harga puluhan hingga ribuan dolar AS. "Open source sangat penting dikembangkan Indonesia selain karena menghemat devisa karena kita bisa beralih dari ketergantungan akan software-software mahal ke software gratis. Juga yang paling penting adalah mengurangi pembajakan dengan software open source legal," katanya. Sebelum Simposium ke-8 yang diselenggarakan di Nusa Dua Bali pada 13-15 Februari 2007 tersebut juga diadakan sejumlah kegiatan, seperti Codefest, OSS Awareness Session, hingga Exhibition dalam bidang OSS. Codefest sendiri adalah acara di mana programmer dari dalam negeri dan luar negeri berkumpul untuk membuat program dalam beberapa hari secara maraton namun diadakan di ITB Bandung sebelum simposium, yakni pada 11-12 Februari. Simposium yang akan dihadiri utusan dari Jepang, India, Pakistan, China, Korea Selatan, Srilanka, Bangladesh, Nepal, Mongolia, Taiwan dan seluruh negara anggota ASEAN tersebut bertema Utilization of OSS to Close the Digital Gap and Economic Impact dan bertujuan untuk mengidentifikasi pengembangan inisiatif produk OSS di negara-negara Asia. Selain itu, juga berbagi pengalaman internasional untuk inisiasi OSS, meningkatkan peluang kerja sama, promosi pengembangan platform aplikasi OSS serta penerapan OSS dalam sistem ekonomi. Dijadwalkan akan hadir Menristek Kusmayanto Kadiman, Menkominfo Sofyan Djalil, dan pakar TI lainnya seperti Jim Zemlin, Mark Shuttleworth. (*)

Copyright © ANTARA 2006