Shanghai (ANTARA) - Ambisi global merek-merek otomotif China yang semakin meningkat menjadi pusat perhatian dalam Pameran Industri Otomotif Internasional Shanghai (Shanghai International Automobile Industry Exhibition) ke-21 yang sedang berlangsung di Shanghai, China timur, seiring produsen-produsen terkemuka meluncurkan strategi-strategi tertarget untuk mendorong pertumbuhan di luar China.
Pameran tersebut, yang juga dikenal sebagai Auto Shanghai 2025, menarik hampir 10.000 pengunjung internasional dalam dua hari pertama penyelenggaraannya. Mobil-mobil buatan China yang menampilkan inovasi, kemampuan beradaptasi, dan desain yang berpusat pada konsumen berhasil mencuri perhatian banyak orang.
Manajer Umum Inter Emirates Motors dan distributor SAIC MG di Uni Emirat Arab (UEA) Hisham Elsahn mengenang partisipasinya selama hampir 10 tahun dalam acara tersebut.
"Pada awalnya, mobil-mobil China tidak dikenal di sini, tetapi sekarang pelanggan aktif mencarinya. Diler saya sendiri menjual lebih dari 1.200 kendaraan MG setiap bulan," katanya saat memamerkan MG Cyberster, mobil sport yang banyak dipesan di Timur Tengah.
Antusiasmenya mencerminkan momentum yang lebih luas, dengan produsen-produsen mobil China terus melakukan penyesuaian pada kendaraan-kendaraan yang mereka produksi untuk beragam pasar.
Wakil Presiden Chery Auto sekaligus Manajer Umum Jetour Dai Lihong mengatakan rencana detil untuk merek "SOUEAST", yang meliputi memprioritaskan pasar kendaraan setir kiri dengan meluncurkan model-model hybrid plug-in dan berbahan bakar bensin selama tahun 2025, penawaran yang seimbang untuk kendaraan setir kanan per 2027 serta mempromosikan kendaraan listrik di Uni Eropa (UE) setelah 2028.
Pendiri Nio, William Li mengungkapkan rencana untuk memasuki 25 negara dan kawasan tahun ini, termasuk 16 pasar untuk submerek Firefly, beralih dari penjualan langsung ke kemitraan lokal untuk infrastruktur.
"Tahun ini menandai debut global kami," kata Liu Tao, salah satu CEO IM Motors (Zhiji Auto) seraya menyebutkan adanya lonjakan permintaan tak terduga setelah peluncuran merek tersebut di Thailand. Ia menambahkan bahwa perusahaannya kini membidik Australia, Timur Tengah, dan pada akhirnya pasar Eropa untuk kendaraan listrik premium.
SAIC Maxus, yang menargetkan ekspansi ke 100 negara per akhir tahun 2024, melaporkan pertumbuhan ekspor 9 persen pada kuartal pertama (Q1) yang mencapai 25.000 unit.
"Truk pikap yang kami rakit secara khusus dapat beradaptasi dengan kebutuhan regional, (seperti) suspensi yang ditingkatkan untuk medan Amerika Latin, sistem pendinginan yang ditingkatkan untuk Timur Tengah," ujar CEO SAIC Commercial Vehicle International sekaligus Wakil Presiden SAIC Maxus Zhao Aimin.
Ia memperkirakan bahwa angka penjualan luar negeri tahunan akan melampaui 100.000 unit, dengan ekspor kendaraan komersial ringan diperkirakan akan naik dua kali lipat menjadi 200.000 unit per 2027 nanti.
Presiden SAIC Group Jia Jianxu menekankan pentingnya "glokalisasi", seraya mengumumkan rencana untuk meluncurkan 17 model global baru serta berupaya mewujudkan rencana produksi lokal, termasuk kemitraan di negara-negara ASEAN dan pengembangan sebuah pusat di Afrika.
Ketangkasan strategis tersebut sejalan dengan komitmen Bosch untuk mendukung merek-merek China di luar negeri. "Kami telah membantu produsen mobil Eropa di China. Kini kami akan membantu produsen mobil China di seluruh dunia," kata Ketua Dewan Manajemen Robert Bosch GmbH Stefan Hartung.
Didukung oleh melonjaknya ekspor kendaraan listrik, yang meningkat 43,9 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 441.000 unit pada Q1, sektor otomotif China beralih dari dominasi domestik ke resonansi global.
Dengan desain yang disesuaikan dan aliansi lintas perbatasan, mobil-mobil "Made in China" berkembang pesat menembus batas negara.
Editor: Benardy Ferdiansyah
Copyright © ANTARA 2025