Purwakarta, Jawa Barat (ANTARA News) - Pabrik aki Furukawa Indomobil Battery Manufacturing (FIBM) yang baru saja diresmikan di Purwakarta, Jawa Barat, Kamis, akan membidik untuk memenuhi pasar purnajual ketimbang memasok industri perakitan otomotif di Indonesia.

Hal itu disampaikan Presiden Direktur PT Indomobil Sukses Internasional Tbk, perusahaan induk yang membentuk patungan dengan Furukawa Battery Co Ltd, Jusak Kertowidjojo.

"Sebagian produksi untuk OEM, sebagian untuk pasar purnajual. Saya rasa presentasenya lebih besar pasar purnajual, 70 persen berbanding 30 persen," kata Jusak saat ditemui di kunjungan pabrik.

Ia menyebutkan bahwa pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi sebesar 5 juta unit per tahun, namun mengingat baru saja diresmikan tentunya kegiatan produksi belum optimal.

"Tahun pertama targetnya 3 juta unit, kapasitasnya sebetulnya 5 juta unit, tetapi tentunya pelan-pelan," kata dia.

Sementara itu, Presiden Direktur FIBM Shunji Ishizaki menyebutkan bahwa nantinya produksi aki yang dihasilkan di pabrik mereka tersebut 80 persen diperuntukkan bagi kendaraan roda dua.

"Jadi untuk setiap unit yang diproduksi buat kendaraan roda empat, ada empat unit yang diproduksi untuk kendaraan roda dua," katanya.

Ishizaki menegaskan keyakinan pihaknya dapat bersaing secara serius di pasar komponen otomotif Indonesia, mengingat mereka memiliki teknologi yang sudah berhasil diterapkan di Jepang.

Di Jepang, Furukawa Battery memproduksi aki berjenis ultrabattery, yang berkapasitas lebih tinggi dibandingkan baterai biasa, dan teknologi tersebut dibawa meski mereka tidak memproduksi ultrabattery di Indonesia.

Di sisi lain, Furukawa Battery juga cukup optimistis dapat berbicara banyak di pasar komponen otomotif Indonesia, sebab mereka mengklaim menempati peringkat kedua pangsa pasar aki di Jepang setelah penjualan GS dan Yuasa yang angkanya digaung usai merger.

Selain itu, sejauh ini pihak Furukawa Battery mengaku telah memahami karakteristik pasar Indonesia.

"Di Jepang sebagian besar baik OEM maupun purnajual sudah lebih cenderung meminta aki kering, sementara di Thailand masih dominan aki basah namun ada tren perpindahan ke aki kering.

"Sedangkan Indonesia untuk OEM meminta aki kering, namun pasar purnajual meminta yang aki basah," katanya.

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015