Jakarta (ANTARA News) - Setelah ramai pemberitaan soal pernikahan kedua dai kondang Abdullah (Aa Gym) Gymastiar dengan Ny Rini, akhirnya melalui isteri pertamanya Teh Nini, dia mengakui adanya perkawinan tersebut. "Ternyata setelah Aa Gym menikah...luar biasa, tidak seperti yang selama ini ditakutkan orang," kata Teh Nini isteri pertama Aa Gym melalui telepon dari Kuala Lumpur Malaysia yang disiarkan langsung dalam acara Managemen Qalbu pagi di beberapa radio di Jakarta, Sabtu pagi. Pada kesempatan tersebut, Teh Nini juga mengakui telah menerima banyak sekali SMS yang isinya sebagian besar mendoakannya, agar sebagai isteri bisa bersikap ikhlas atas perkawinan kedua Aa Gym. "Ternyata berat (soal poligami), ini perjuangan untuk jadi poligami, itu yang dirasakan sejak lima tahun lalu, dan kemudian ternyata itu terjadi," kata Teh Nini diselingi tawa kecil. Teh Nini, begitu isteri pertama Aa Gym sering disapa, mengaku dirinya merasa seperti tak sengaja atau lebih tepatnya Allah telah mengarahkannya. "Kalau memang Allah menghendaki pasti terjadi. Saya takut nanti menyalahkan hukum Allah," kata Teh Nini. Selama lima tahun berproses, tambah Teh Nini, suaminya dengan bijaksana selalu memberikan kebijakan mengenai soal poligami ini. "Menyadari bahwa menghadapi ini tidak mudah. Dan terima kasih dengan para pendengar yang telah mendoakan Teh Nini untuk tetap ikhlas," kata Teh Nini. Dalam penjelasan yang berlangsung hampir satu jam selepas shalat Subuh hingga pukul 06.00 WIB tersebut, Aa Gym sebelumnya menjelaskan posisinya atas persoalan poligami ini. "Aa Gym jangan bersembunyi, begitu SMS yang saya terima. Dan, saya, Aa Gym, walaupun masih kurang ilmu masih belajar, tapi tak akan lari dari tanggung jawab," kata Aa Gym menyela penjelasan Teh Nini. Dalam kesempatan itu, Aa Gym mengatakan bahwa penjelasan Teh Nini ini tidak direkayasa dan diberikan oleh Teh Nini secara bebas dan sukarela. Pada akhir penjelasannya Aa Gym mengaku penjelasannya kali ini merupakan episode awal dari penjelasannya dan akan diberikan lagi penjelasan yang lebih detail.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006