New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia berbalik naik pada Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan ada tanda-tanda "pasang akan berubah" di pasar yang babak belur menyusul posisi terendah multi-tahun baru-baru ini.

Kontrak berjangka AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, menguat 2,44 dolar AS menjadi ditutup pada 48,69 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret, patokan Eropa, menetap di 50,17 dolar AS per barel di perdagangan London, naik 2,50 dolar AS dari tingkat penutupan Kamis.

"IEA telah sedikit membatasi taruhan mereka dengan mengatakan air pasang bisa berubah," catat analis CMC Markets, Michael Hewson.

Dia menambahkan bahwa pasar sangat oversold (kelebihan jual) dan mungkin mengakibatkan sebuah rebound (berbalik naik).

Minyak mentah berjangka telah kehilangan lebih dari setengahnya sejak Juni, jatuh karena kekhawatiran kelebihan pasokan global dan melemahnya permintaan di ekonomi dunia yang sedang tertatih-tatih.

"Seberapa rendah lantai pasar akan terjadi adalah tebakan setiap orang," kata IEA dalam laporan bulanannya pada Jumat.

"Sebuah pemulihan harga -- kecuali ada gangguan besar -- mungkin tidak dalam waktu dekat, tapi tanda-tanda meningkat bahwa air pasang akan berubah," kata IEA.

IEA memperingatkan bahwa harga minyak diperkirakan akan terus jatuh dalam jangka pendek, karena potensi keseimbangan kembali pasar datang di paruh kedua tahun ini, mengingat permintaan tampaknya tidak akan meningkat.

"Dengan beberapa pengecualian seperti Amerika Serikat, harga minyak yang lebih rendah tampaknya tidak mendorong permintaan dulu," kata badan pengawas energi yang berbasis di Paris itu.

"Itu karena manfaat lazim harga yang lebih rendah -- meningkatkan penghasilkan rumah tangga, mengurangi biaya input industri -- telah banyak diimbangi dengan kondisi ekonomi lemah yang mendasarinya, yang mereka sendiri dijadikan alasan utama untuk penurunan harga di tempat pertama," tambahnya.

IEA memangkas proyeksi pertumbuhan pasokan non-OPEC untuk 2015 sebesar 350.000 barel, karena perusahaan-perusahaan energi mengurangi anggaran dan membatalkan proyek-proyek di tengah kemerosotan harga minyak.

Tetapi lembaga itu tidak mengubah perkiraan permintaan minyak untuk 2015, yakni tumbuh 0,9 juta barel per hari menjadi 93,3 juta barel.

"Efek yo-yo dari harga minyak mentah dapat dikaitkan dengan ketidakpastian di pasar," kata Shailaja Nair penyedia informasi energi Platts, menunjuk ke "dolar tidak stabil" dan "pasar ekuitas tidak teratur".

"OPEC baru saja memperkirakan penurunan permintaan minyak tahun ini dan ini bisa berarti bahwa reli harga yang kita lihat minggu ini tidak mungkin bertahan," kata dia.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015