Saya sudah mendengarnya dan terus terang menyayangkan keputusan tersebut karena merugikan kepentingan publik, khususnya harga solar,"
Surabaya (ANTARA News) - Anggota Komisi VI DPR RI Bambang Harjo menyoroti penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium bersubsidi dari Rp7.600 per liter menjadi Rp6.600 dan solar dari Rp7.250 per liter menjadi Rp6.400.

"Saya sudah mendengarnya dan terus terang menyayangkan keputusan tersebut karena merugikan kepentingan publik, khususnya harga solar," ujarnya kepada wartawan di Surabaya, Jumat.

Menurut dia, turunnya harga BBM jenis solar bersubsidi untuk transportasi publik dan logistik masih lebih mahal dibandingkan premium bersubsidi untuk transportasi pribadi.

Wakil Sekjen Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat itu bahkan menilai pemerintah sudah tiga kali melakukan kesalahan kebijakan soal BBM bersubsidi karena tidak pro masyarakat bawah dengan tingginya BBM untuk transportasi publik.

Ia menjelaskan, di era Jokowi-JK ini harga solar bersubsidi dari Rp5.500 naik menjadi Rp7.500, ketika itu premium bersubsidi Rp6.500 naik menjadi Rp8.500.

Kemudian, terjadi penurunan harga solar bersubsidi Rp7.500 menjadi Rp 7.250. Sedangkan, premium bersubsidi Rp8.500 diturunkan Rp 7.600.

"Kalau dibandingkan, penurunan harga antara premium dan solar tidak sebanding. Pemerintah seharusnya mengutamakan kepentingan untuk publik dan mendorong masyarakat beralih ke transportasi umum," kata Ketua Komtap Pesisir dan Maritim Kadin Pusat itu.

Solusi yang ditawarkan, kata dia, pemerintah seharusnya menerapkan harga bahan bakar transportasi publik jauh lebih murah atau ada subsidi silang dari transportasi pribadi.

"Ini diharapkan agar tarif bisa murah dan diminati kembali masyarakat," kata legislator asal Fraksi Partai Gerindra tersebut.

Pihaknya juga meminta Kementerian Perhubungan lebih aktif dan memberikan solusi agar masyarakat semakin mencintai serta meminati transportasi umum.

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015