Umat muslim di Tanah Air jangan terprovokasi,"
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi I DPR Ahmad Zainuddin mengimbau agar umat Islam di Tanah Air tidak terprovokasi dengan pemuatan kartun Nabi Muhammad SAW yang dilakukan majalah satire Charlie Hebdo.

"Umat muslim di Tanah Air jangan terprovokasi," katanya di Jakarta, Kamis.

Hal itu disampaikan Ahmad Zainuddin menyikapi pemberitaan yang menyebutkan majalah satire tersebut kembali menerbitkan kartun Nabi Muhammad pekan ini.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu meminta agar pemerintah Prancis sebaiknya mendorong Charlie Hebdo untuk tidak menerbitkan kartun satire tokoh agama. Hal itu untuk mencegah tindakan kekerasan serupa terjadi lagi di Prancis.

"Kalau bisa pemerintah kita minta supaya Perancis ikut mendinginkan suasana dengan meminta Charlie Hebdo tidak membuat kartun satire tokoh agama," ujarnya.

Menurut Zainuddin, peristiwa yang terjadi di Perancis pekan lalu bukan tidak mungkin merembet ke negara lain kalau Charlie Hebdo terus-terusan membuat kartun satire tokoh agama.

Dia mencontohkan gelombang protes muslim dunia dalam kasus koran Denmark, Jyllands-Posten pada tahun 2006 lalu.

"Kita harus menghargai kebebasan pers, seperti yang berlaku di Prancis. Tapi mereka juga harus menghargai hak dan keyakinan orang lain. Kebebasan itu dibatasi oleh hak orang lain, dan itu adalah hak asasi manusia," katanya.

Menurutnya, yang dilakukan Charlie Hebdo justru menunjukkan paradoks demokrasi dan kebebasan di Perancis.

Majalah satire Perancis, Charlie Hebdo, sebelumnya diberitakan kembali memuat kartun satire Nabi Muhammad untuk edisi pekan ini.

Charlie Hebdo menampilkan kartun Nabi Muhammad dengan wajah sedih yang sedang meneteskan air mata serta memegang tulisan "Je Suis Charlie" yang berarti Kami adalah Charlie.

Sebelumnya kantor Charlie Hebdo diserang kelompok ekstrimis pada Rabu (7/1) lalu karena memuat karun Nabi Muhammad.

Sebanyak 12 orang tewas, termasuk pemimpin redaksi Stephane Charbonnier dan tiga kartunis kawakannya yaitu Jean Cabut, Bernad Velhac, dan Georges Wolinski.


Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015