Kalau dilihat, sebenarnya industri dalam negeri sudah siap. Tergantung komitmen dari pelaksanaannya. Artinya, berilah kepercayaan kepada industri dalam negeri,"
Jakarta (ANTARA News) - Industri dalam negeri berpeluang membangun pembangkit listrik berkekuatan 7.000 megawatt dari target 35.000 megawatt berupa Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTB) untuk memenuhi kebutuhan di daerah-daerah kecil di seluruh wilayah Indonesia.

"Kalau dilihat, sebenarnya industri dalam negeri sudah siap. Tergantung komitmen dari pelaksanaannya. Artinya, berilah kepercayaan kepada industri dalam negeri," kata Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian Ditjen IUBTT Kemenperin Teddy C Sianturi di Jakarta, Kamis.

Teddy mengatakan, industri dalam negeri mampu membangun satu pembangkit listrik berkekuatan di bawah 10.000 megawatt atau sekitar 30 megawatt.

Sementara itu, Kepala Badan Litbang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral FX Sutijastoto mengatakan, dengan kemampuan tersebut, mampu memenuhi kebutuhan daerah-daerah kecil di Indonesia.

"Daerah yang kecil-kecil itu banyak. Dan menurut kebijakan yang dituangkan dalam Undang-Undang energi dan listrik, kita wajib memenuhi kebutuhan listrik siapapun masyarakat di indonesia untuk memberikan kesempatan mereka berkembang," ujar Toto.

Kebutuhan listrik di daerah-daerah kecil tersebut, lanjutnya, memang tidak terlalu besar, hanya sekitar 5 megawatt - 10 megawatt Menurut Toto, daerah yang dinilai tidak terlalu luas tersebut jumlahnya mencapai ribuan, dan pertumbuhan listriknya mencapai 1 megawatt hingga 2.000 megawatt per tahun.

Toto menambahkan, saat ini kapasitasnya sekitar 6.000 megawatt, yang rata-rata menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).

"Inilah yang berakibat pada pembengkakan subsidi, mengingat solar dan listriknya mahal. Ini yang mau digantikan dengan PLTU skala kecil, juga PLTB skala kecil," ujar Toto.

Plt Dirjen IUBTT Panggah Susanto mengatakan, pemerintah berencana untuk membangun pembangkit listrik berkekuatan 35.000 MW selama lima tahun mendatang, untuk mengatasi krisis listrik di wilayah Indonesia.

"Industri barang modal dalam negeri selama ini terus berupaya mengembangkan kemampuannya, baik dalam hal penguasaan teknologi desain, proses produksi dan rekayasa material," ujar Panggah.

Menurutnya, industri barang modal dalam negeri telah memiliki pengalaman pada Program 10.000 MW Tahap I dan Tahap II, serta perlu diberikan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015