Ambon (ANTARA News) - Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon tidak memberlakukan penurunan tarif angkutan kota (Angkot) paska-penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada 1 Januari 2015.

Paska-pemerintah menurunkan harga BBM bersubsidi pada 1 januari 2015, yakni premium dari Rp8.500 per liter menjadi Rp7.600, dan harga solar semula Rp7.500 menjadi Rp7.250, tetapi tarif angkot di Ambon tetap bertahan tidak mengalami penurunan.

Wali kota Ambon, Richard Louhenapessy ketika dikonfirmasi di Ambon, Senin, menyatakan pihaknya tidak melakukan penurunan tarif angkot tetapi masih menggunakan standar lama.

"Harga BBM terjadi penurunan hanya Rp900 rupiah, sehingga kita tidak melakukan penurunan tarif angkot, karena saat menetapkan perubahan tarif telah menyesuaikan berbagai faktor," katanya.

Menurut dia, pada waktu pihaknya bersama Organda menetapkan perubahan tarif angkot, telah mempertimbangkan harga suku cadang serta faktor kamahalan yang terjadi di Ambon.

"Kita mempertimbangkan berbagai faktor, karena fluktuasi BBM tergantung harga minyak dunia dan dolar AS, misalnya naik lagi kalau turun signifikan kita akan kaji," ujarnya.

Richard menyatakan, pengaruh harga BBM bersifat tidak tetap dan bisa saja naik turun. Karena itu menurutnya tidak bisa langsung menurunkan tarif angkutan meski pemerintah pusat sudah mengimbau agar dilakukan penyesuaian.

"Sifatnya ini fluktuatif dan tidak signifikan, kami juga telah berkoordinasi dengan Organda untuk tetap menggunakan tarif lama," ujarnya.

Dia mengatakan, Pemkot Ambon sebelumnya telah menetapkan kenaikan tarif angkot sebesar 30 persen, paskakenaikan harga BBM pada 17 November 2014.

"Kenaikan tarif tersebut telah melalui berbagai pertimbangan yang semula ditetapkan sebesar 15 persen, selanjutnya direvisi kembali menjadi 30 persen," katanya.

Ia menambahkan, tarif yang ditetapkan semula berkisar Rp200 - Rp1.000, setelah direvisi sebanyak 48 trayek dari 59 trayek di Ambon mengalami kenaikan Rp200-1.200.

"Revisi tarif dilakukan setelah Dinas Perhubungan (Dishub) melakukan pengukuran ulang jarak tempuh dan sebagian daerah merupakan kawasan yang topografinya berbukit," ujarnya.

Pewarta: Penina Mayaut
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015