Potensi pengembangan mebel Indonesia cukup besar. Apabila hambatan investasi dapat dihilangkan, kami yakin dapat meningkatkan ekspor dan penyerapan tenaga kerja hingga dua kali lipat,"
Jakarta (ANTARA News) - Kalangan asosiasi industri padat karya menyatakan kesiapan untuk mendorong investasi dalam rangka penyerapan tenaga kerja dan pemenuhan kebutuhan ekspor Indonesia.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Rudy T. Luwia dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu malam, mengatakan apabila hambatan investasi bisa dihilangkan, pihaknya optimistis bisa menyerap tenaga kerja hingga dua kali lipat.

"Potensi pengembangan mebel Indonesia cukup besar. Apabila hambatan investasi dapat dihilangkan, kami yakin dapat meningkatkan ekspor dan penyerapan tenaga kerja hingga dua kali lipat," katanya.

Berdasarkan data asosiasi, nilai ekspor mebel Indonesia mencapai 1,8 miliar dolar AS dari potensi pasar mebel dunia dengan total 400 miliar dolar AS.

Ada pun dengan pencapain tersebut, sebanyak 3,6 juta tenaga kerja sudah terserap dalam industri mebel itu.

"Tapi pencapaian kita masih jauh di bawah Malaysia dan Vietnam. Negara Vietnam bahkan ekspor mebelnya sudah mencapai 5,2 miliar dolar AS dalam waktu 12 tahun," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Thomas Darmawan.

Menurut Thomas, saat ini dengan bahan baku ikan sebanyak 1 juta ton saja, industri pengolahan hasil laut sudah dapat menyerap 500.000 tenaga kerja baru dan meningkatkan ekspor hingga 15 miliar dolar AS.

"Kami siap meningkatkan ekspor tiga kali lipat, serap lebih banyak tenaga dan sumbang devisa lebih besar lagi, asalkan perizinan listrik dan lainnya bisa didukung pemerintah," katanya.

Hal itu menjadi desakan utama pengusaha produk hasil laut yang diharapkan bisa segera diatasi oleh pemerintah.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan isu ketenagakerjaan menjadi salah satu hal selain perizinan daerah yang perlu diperhatikan oleh pelaku industri padat karya.

Berdasarkan data yang ada, saat ini di Indonesia terdapat 7,5 jutabpengangguran langsung dan 37 juta pengangguran terselubung (hanya bekerja selama dua jam). Ada pun pertumbuhan tenaga kerja setiap tahunnya mencapai 2,5 persen.

"Untuk itu kami akan berkoordinasi dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian tenaga kerja sehingga dapat mendukung berkembangnya industri padat karya," ujarnya.

BKPM sendiri, memasukan industri padat karya sebagai salah satu bidang strategis yang akan didukung perizinannya melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Nasional.

Dalam periode Oktober hingga 22 Desember 2014, lembaga itu menerima komitmen nilai investasi untuk industri padat karya senilai 672 juta dolar AS dari empat investor.

Nilai investasi itu diperkirakan akan terus bertambah karena sepanjang periode tersebut ada 13 investor yang juga mengindikasikan minat investasi mereka.

(A062)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014