Jakarta (ANTARA News) - Program IDE (Inovasi Dalam Edukasi) yang diprakarsai PT Unilever Indonesia Tbk kini telah menjangkau 300 ribu murid dan 15 ribu guru di 1.000 Sekolah Dasar (SD) yang tersebar di empat propinsi di Indonesia. Seto Mulyadi, Ketua Dewan Penasehat program IDE yang juga pemerhati masalah anak, di Jakarta Rabu mengatakan bahwa program IDE merupakan terobosan yang menunjukkan kepedulian yang tinggi dari dunia usaha mengenai pentingnya kualitas pendidikan di Indonesia. Program berkesinambungan dalam pembelajaran interaktif dan menyenangkan dengan menggunakan alat peraga untuk murid SD ini dimulai dengan sebuah "pilot project" yang bersifat non komersial dan didukung oleh para praktisi dunia pendidikan termasuk Dinas Pendidikan. Kini, menurut Seto, program ini telah menjangkau 1.000 SD yang tersebar di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Berdasarkan riset independen dari AcCis pada 2006 terhadap 650 siswa, 100 guru, dan 100 orang tua murid, mayoritas responden memberikan persepsi positif program IDE ini karena membuat siswa lebih mudah memahami dan menyerap materi pelajaran dan proses belajar dapat lebih aktif dan menyenangkan. ”Kini yang menjadi tantangan kami adalah bagaimana mengajak semua pihak untuk ikut peduli pada pendidikan dan mengoptimalkan program IDE sesuai dengan kapasitas yang ada, dengan harapan dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak Indonesia, khususnya murid-murid SD,” kata Esti Sofwan, Project Manager Program IDE. Dalam program ini, Unilever telah menunjuk Interact Carlson Marketing Group (ICMG) sebagai mitra dan untuk tahun ajaran 2006/2007 menggandeng mitra baru yakni Frisian Flag Indonesia (FFI). HR & General Affairs Director FFI Hendro Harijogi Poedjono menyatakan, keterlibatan FFI ini juga merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk turut serta membantu meningkatkan tingkat kesehatan dan gizi di Indonesia melalui berbagai aktivitas termasuk pendidikan. Menurut lembar fakta program IDE, peringkat pendidikan Indonesia berada pada posisi 10 dari 14 negara berkembang di kawasan Asia Pasifik (hasil monitoring global, Unesco, Juni 2005). Hal itu berarti bahwa secara umum posisi Indonesia berada dibawah Kamboja dan India, sedangkan untuk aspek kualitas pengajar Indonesia menduduki peringkat paling buncit yaitu posisi ke-14.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006