Kinshasa (ANTARA News) - Lebih dari 2.000 warga sipil dari Republik Demokratik Kongo barat telah kabur melintasi sungai Kongo untuk melarikan diri dari pertempuran antara para pendukung kedua saingan yang bertanding dalam pemilihan presiden, kata PBB. Bentrokan di Bolobo, di hulu sungai 280 Km dari ibukota Kinshasa, merupakan insiden kekerasan pertama sejak pejabat pemilihan mengumumkan hasil sementara yang memberikan kemenangan dalam pemilihan putaran kedua 29 Oktober pada pemegang jabatan Presiden Joseph Kabila. Saingannya, bekas pemimpin pemberontak Jean-Pierre Bemba, menolak kemenangan Kabila dan mengajukan pengaduan pada mahkamah agung, yang harus mensahkan hasil pemilihan. "Saya dapat menyatakan bahwa sejumlah orang telah lari ke Republik Kongo. Kami memperkirakan bahwa ada antara 2.000 dan 2.500 orang," kata Jens Hesemann, jurubicara Komisi Tinggi PBB ntuk Pengungsi di Kinshasa, Senin. "Mereka kabur karena pertempuran...Dari apa yang kami himpun, itu (pertempuran) adalah antara para pendukung kedua calon presiden yang berbeda," ia menambahkan. Pendukung serta tentara Kabila dan Bemba tembak-menembak di Kinshasa Agustus dan awal bulan ini. Namun pertempuran terakhir di provinsi Bandundu barat, dekat provinsi Equateur, tempat bentrokan baru pertama antara kelompok yang bersaing sejak kemenangan Kabila -- yang masih akan disahkan oleh mahkamah asung -- diumumkan Rabu. Meskipun rinciannya kurang lengkap, pemerintah di Republik Kongo yang berdekatan melaporkan bahwa sebanyak 1.900 orang telah melintasi sungai dan mengungsi di kota Mpouya dan Bouemba. "Tampaknya mereka adalah pengikut Kabila, yang merupakan minoritas di daerah itu, yang dipukul habis-habisan oleh pendukung Bemba," kata Clotaire Essiek, direktur bantuan kemanusiaan kementerian urusan sosial Republik Kongo. Dukungan pada Bemba pada pemilihan 29 Oktober kuat di Repubik Demokratik Kongo barat, termasuk Kinshasa dan juga provinsi Bandundu dan Equateur, demikian Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006