Banjarmasin (ANTARA News) - Pemadaman kebakaran lahan di Kalimantan Tengah tak semudah yang dibayangkan, seperti pilot dan kru pesawat jenis Amphibi BE-200 berkebangsaan Rusia yang mengaku sering bingung akibat titik api tidak terlihat dipermukaan lahan sebagaimana ditunjuk pada peta. Wakil Gubernur Kalimantan Selatan Rosehan NB di Banjarmasin, Sabtu, mengatakan tak terlihatnya titik api itu membuat kru pesawat BE-200 harus bekerja keras, di samping melakukan pengeboman mereka juga harus betul-betul memastikan lokasi yang dijatuhi air. "Pilot juga mengeluhkan karena lokasi yang sesuai peta terdapat banyak titik api tapi ketika akan dibom ternyata titik api sudah padam," katanya. Para kru pesawat BE-200 itu mengaku, pemadaman kebakaran lahan di kawasan gambut merupakan pengalaman pertama, selama ini mereka hanya terbiasa memadamkan kebakaran hutan yang apinya terlihat berkobar di permukaan. Pemadaman kebakaran yang dilakukan kru Rusia itu tak sia-sia meski kawasan yang dijatuhi air dari permukaan terlihat tidak terbakar lagi, karena sifat kebakaran di lahan gambut berbeda dengan kebakaran hutan. Memang dari permukaan api sudah terlihat padam, namun di dalam tanah api sebenarnya masih menyala, sehingga tetap harus dijatuhi bom air, ujarnya. Berdasarkan data Pemprov Kalteng, kebakaran lahan di kawasan gambut mencapai 12 meter di dalam tanah, untuk memadamkannya pesawat BE-200 milik Rusia minimal harus melakukan pengeboman dua kali. Guna mengantipasi dampak kabut asap akibat kebakaran lahan, tahun 2007 Pemprov Kalsel akan membentuk tim penanggulangan kebakaran lahan sebagaimana yang tekah dibentuk Pemprov Kalteng.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006