Toyota City (ANTARA News) - Toyota Mirai, kendaraan teknologi fuel cell (FCV) yang mulai Desember beredar di pasar Jepang, tidak mengeluarkan emisi selain air.

"Mirai emisi CO2-nya nol karena tenaga dihasilkan dari reaksi kimia hidrogen dan oksigen, jadi hidrogennya bukan sebagai bahan bakar," kata petinggi Toyota Motor Corporation Yoshikazu Tanaka kepada sejumlah jurnalis Asia di Tokyo, Rabu.

Yoshikazu Tanaka menjabat Deputy Chief Engineer ZF Product Planning Group Toyota Motor Corporation Jepang.

Teknologi yang digunakan untuk Mirai disebut Toyota Fuel Cell System (TFCS), gabungan antara teknologi fuel cell dan hybrid.

"Karena tidak ada pembakaran, maka getaran Mirai jadi sangat minim, bunyi yang muncul hanya dari motor listrik," kata Tanaka.

Dia mengatakan, Mirai menggunakan desain yang sepenuhnya baru. Salah satu hal yang diperhatikan para perancang bodi Mirai adalah aerodinamis dan cara mengurangi noise dari luar kendaraan.

"Karena kendaraannya tak mengeluarkan banyak suara, maka kami konsentrasi merancang agar suara dari luar seperti dari kendaraan lain maupun dari ban juga dikurangi," katanya.

Cara  yang ditempuh adalah memasang peredam di beberapa bagian termasuk pada kaca yang dirancang dua lapis dengan lembar film di tengah.

"Selain Mirai, kaca seperti ini hanya ada pada model Lexus tertentu," kata Tanaka.

Karena teknologi yang digunakan bukanlah mesin bahan bakar, maka tidak ada indikator RPM (rotation per minute) di dashboard.

Tidak ada deru mesin ketika pedal gas diinjak, di telinga hanya terdengar suara halus dari motor listrik.

"Handling-nya enak, akselerasinya juga, dan mantap di tikungan," kata salah satu jurnalis Indonesia yang berada di urutan pertama melakukan test drive di suatu lapangan di Tokyo.

Tenaga Mirai dihasilkan dari motor listrik dan listrik hasil reaksi kimia hidrogen dengan oksigen.

Dua tangki hidrogen dan bagian-bagian penting seperti FC stack terletak di bawah kursi penumpang, karena itu Toyota mengklaim Mirai punya center gravity yang lebih rendah dibandingkan kendaraan lain sehingga lebih stabil.

Hal yang sering ditanyakan jurnalis adalah mengenai jumlah stasiun pengisian hidrogen yang di Jepang baru ada 20 unit.

Sekali isi penuh hidrogen, kendaraan itu bisa berjalan 650 km dan waktu isinya tiga menit.

"Jumlahnya akan terus ditambah seiring bertambahnya pengguna kendaraan fuel cell. Kami yakin hidrogen adalah sumber energi utama masa depan," kata Tanaka.

Dia juga mengemukakan pabrik Toyota Jepang punya kapasitas membangun 700 Mirai per tahun.

"Kami mulai dari sedikit karena ini teknologi baru, tentu pemasarannya sulit. Tapi, kami yakin fuel cell lebih cepat diterima masyarakat dibandingkan waktu yang diperlukan oleh hybrid beberapa tahun lalu," kata Tanaka.
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014