Jakarta (ANTARA News) - Tantangan tugas yang harus dihadapi Organisasi Kantor-Kantor Berita Asia Pasifik (OANA) semakin berat, terutama menyangkut ketimpangan informasi antara negara maju dan negara berkembang. "Karena itu, OANA perlu menemukan formula bagaimana mengatasi ketimpangan itu," kata Anggota Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPR RI, Max Sopacua, di Jakarta, Jumat. Menurut Max, di tengah perkembangan teknologi informasi dan arus informasi di dunia, OANA masih mempunyai peluang untuk menjembatani ketimpangan informasi. "Dengan mengendalikan OANA, kita punya peluang lebih besar untuk melakukan sosialisasi apa yang ada di Indonesia, terutama bagaimana langkah kita mengatasi persoalan. Misalnya di bidang kesejahteraan," katanya. Dia mengatakan Indonesia juga punya potensi untuk mampu menjembatani ketimpangan itu. "Kita jangan ragu-ragu mengimplementasikan potensi diri," katanya. Indonesia terpilih sebagai Presiden OANA untuk masa kepemimpinan selama tiga tahun dan Kantor Berita ANTARA sekaligus menjadi tuan rumah peyelenggaraan sidang umum (general assembly) organisasi kantor-kantor berita kawasan tersebut pada Desember 2007. Keputusan itu diambil pada pertemuan ke-28 Dewan Eksekutif OANA yang berlangsung di Teheran, Iran, pada Senin (13/11). Dalam sidang ini ditetapkan Pemimpin Umum LKBN ANTARA Asro Kamal Rokan sebagai Presiden OANA. Sebelum Asro Kamal Rokan, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi (PU/Pemred) LKBN ANTARA yang pernah menjadi Presiden OANA adalah Harsono Reno Utomo (kini almarhum) pada 23 September 1971, kemudian diteruskan PU/Pemred LKBN ANTARA berikutnya, Ismail Saleh dan August Marpaung (kini almarhum). Saat itu, M. Nahar dari LKBN ANTARA yang menjabat Sekjen OANA. Handjojo Nitimihardjo (kini almarhum) yang menjadi Pemimpin Umum LKBN ANTARA pada 1987-1998 dan Wakil Pemimpin Pelaksana Redaksi (Wapempelred)-nya, Parni Hadi (kini Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia/LPP RRI) juga pernah menjabat selaku Presiden dan Sekjen OANA. Indonesia menggantikan posisi Thailand yang tidak bersedia menjadi tuan rumah dalam pertemuan tahun depan, dengan alasan masalah politik dalam negerinya tidak mendukung. "Mereka minta penundaan bagi penyelenggaraan pertemuan tahun depan dan menyerahkan masalah ini kepada sidang," kata Sekretaris Lembaga LKBN ANTARA, Rajab Ritonga, yang hadir dalam pertemuan itu. Tuan rumah penyelenggara pertemuan OANA, lazimnya sekaligus memegang kepemimpinan OANA (presiden dan sekjen) untuk kurun waktu tiga tahun. Tujuh dari 11 utusan OANA yang hadir yakni dari Bernama (Malaysia), IRNA (Iran), Itar-TASS (Rusia), PTI (India), Kyodo (Jepang), VNA (Vietnam) dan Xinhua (Cina) memilih Indonesia. Pemimpin Umum/Pempelred LKBN ANTARA Asro menyambut gembira keputusan tersebut karena keputusan ini menunjukkan bahwa berarti kantor berita yang dipimpinnya masih dipercaya oleh kalangan kantor-kantor berita di Asia Pasifik untuk memimpin dan menjadi penyelenggara pertemuan berikutnya. Menurut Asro, pertemuan akbar OANA itu akan diselenggarakan sekaligus dalam rangkaian HUT ke-70 LKBN ANTARA yang jatuh pada 13 Desember 2007. Hal yang sama pernah dilakukan LKBN ANTARA pada 1979 dan 1987. Acara pertemuan Dewan Eksekutif OANA ke-28 dibuka oleh Menteri Kebudayaan dan Bimbingan Islam Iran, Muhammad Hosein Safar-e-Harandi, dan dihadiri antara lain oleh pimpinan kantor berta Iran (IRNA) Seyed Jalal Fayazi. (*)

Copyright © ANTARA 2006