Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) Tri Handoyo mengatakan pinjaman sebesar Rp830 miliar yang diterima pihaknya akan digunakan untuk menambah jumlah unit kereta rel listrik (KRL) sebanyak 860 unit.

"Kapasitas saat ini sudah 800 ribu penumpang per hari, dengan penambahan ini diharapkan akan mampu mencapai target 1,2 juta penumpang per hari," katanya ketika menghadiri penandatanganan perjanjian fasilitas kredit sindikasi di Jakarta, Senin.

Tri mengatakan tujuan penambahan unit kereta bukan untuk mengurangi kepadatan penumpang, namun untuk mampu mengangkut penumpang sebanyak-banyaknya.

"Kami tidak ingin mengurangi kepadatan. Karena apabila kereta kosong berarti kami gagal memindahkan orang dari jalan ke atas kereta," katanya.

Sejauh ini, kata Tri, tidak ada indikasi penurunan penumpang KRL Jabodetabek.

"Puncaknya pernah mencapai 770 ribu penumpang per hari, yaitu pada saat pelantikan Presiden Joko Widodo. Jumlah penumpang di Stasiun Juanda bertambah tiga kali lipat waktu itu," katanya.

Sebelumnya, PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan PT KCJ menandatangani perjanjian fasilitas kredit sindikasi dengan empat bank, yaitu Bank Nasional Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri dan Bank Central Asia (BCA).

"Kereta Api merupakan salah satu infrastruktur dan prasarana yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Direktur Business Banking BNI Krishna Suparto.

Fasilitas kredit sindikasi proyek pengembangan kereta api commuter Jabodetabek sebesar Rp2.380.500.000.000 dan Rp830.597.985.004.

Proyek tersebut merupakan salah satu upaya PT KAI melalui anak perusahaannya PT KCJ selaku operator KRL Jabodetabek untuk mencapai target jumlah penumpang 1,2 juta orang per hari di tahun 2019 sebagaimana diamanatkan pada Perpres 83/2011 sekaligus peningkatan transportasi barang menggunakan kereta api.

"Perjanjian kredit sindikasi ini untuk pengembangan infrastruktur kereta api ke depan, terutama di transportasi dan logistik," kata Direktur BCA Dhalia M. Ariotedjo.

Namun, Tri mengakui bahwa bisnis transportasi publik seperti kereta api memiliki keuntungan yang tidak besar, atau tidak bisa diekspektasi mencapai 15-25 persen per tahun.

"Japan Railways (JR) misalnya hanya memperoleh keuntungan 5 persen per tahun. Padahal kapasitasnya 30 kali lipat PT KAI karena mereka mengangkut penumpang 16 juta orang per hari," katanya.

Pewarta: Roberto Calvinantya Basuki
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014