Yogyakarta (ANTARA News) - Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) bersama tokoh masyarakat Katolik dan Budha mengeluarkan komunike bersama bertajuk "merajut masa depan bangsa dalam harmonisasi kehidupan". Komunike bersama tersebut ditandatangani oleh Amir MMI, Ustad Abubakar Ba`asyir serta tokoh masyarakat Katolik Frans Seda yang diwakili Chris Siner Key Timu dan tokoh masyarakat Budha Hartono Yusuf di Markas MMI Kotagede Yogyakarta, Sabtu. Frans Seda sebenarnya turut hadir dalam acara tersebut, namun dia buru-buru ke Jakarta kemudian mewakilkan penandatanganan komunike bersama itu kepada Chris Siner. Komunike bersama yang dibuat para tokoh antaragama tersebut memuat lima pernyataan. Pertama, sebagai landasan hidup manusia yang bernilai transendental, agama memiliki peran yang sangat menentukan dalam merajut masa depan bangsa Indonesia yang berdimensi Ilahiyah, yaitu membangun manusia secara utuh. Tidak berorientasi kepada pembangunan infrastruktur, fasilitas dan perangkat kehidupan material belaka sebagaimana tatanan sekularisme kapitalis modern yang memandang agama sebagai sumber masalah, sumber konflik dan permusuhan. Kedua, perang yang terjadi di dunia ini bukan dipicu oleh perbedaan dan keberagaman agama, tetapi oleh nafsu angkara dan hegemoni sistem dan struktur kapitalisme melalui globalisasi dengan cara merusak citra agama dan menjadikannya kuda troya untuk mencari legitimasi kekuasaan politik, ekonomi dan sosial. Kaum dan tokoh agama sudah semestinya menyalahkan kaum materialisme sekuler sebagai biang kerusakan dunia, dan bukan menyudutkan golongan agama, karena sikap demikian bisa dianggap pembenaran terhadap sikap kaum sekuler yang menilai agama sebagai sumber konflik. Persepsi ini harus dilawan, komunitas agama wajib mewaspadai elit politik Indonesia yang bermain kotor sehingga menimbulkan gap antarkomunitas masyarakat dan konflik berkepanjangan. Ketiga, perbedaan-perbedaan yang terjadi antara umat beragama harus diselesaikan dengan dialog terbuka secara jujur dan tidak memaksa terhadap keyakinan masing-masing. Sedangkan persamaan-persamaan yang ada seperti komitmen terhadap nilai-nilai kebenaran, keadilan, kesejahteraan dan keamanan perlu terus dikembangkan untuk masa depan bangsa. Keempat, kedua belah pihak sepakat menjaga agar perbedaan-perbedaan tidak dieksploitasi dan dimanipulasi oleh para provokator untuk mengadudomba antarumat beragama, baik motif kepentingan politik kekuasaan atau kepentingan-kepentingan lain yang berkolusi dengan kekuasaan. Kelima, formalisasi syariat Islam dalam lembaga negara merupakan perjuangan keyakinan umat Islam. Pertemuan para tokoh agama di Markas MMI Kotagede Yogyakarta untuk menandatangani komunike bersama itu menarik perhatian para wartawan foto terutama ketika Ustad Abubakar Ba`asyir duduk berdampingan dengan Frans Seda dan beberapa tokoh agama lainnya. Sejumlah nama tercantum dalam komunike bersama tersebut, selain Ustad Abubakar Ba`asyir, Frans Seda, Chris Siner dan Hartono Yusuf, juga terdapat nama-nama seperti Sobbarin Syakur, Irfan Sawwas, Harus Rasyid, Fauzan Al-Anshari serta Paulus Harli, Joko Wijono, Polikarpus da Lopes dan Barnabas Yusuf Hura.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006