Denpasar (ANTARA News) - Sejumlah karya sastra berbentuk kumpulan cerita pendek (cerpen) dan puisi Nyoman Suandi Pendit dirangkum ke dalam sebuah buku berjudul "Doa dan Harapan". "Sebanyak 15 cerpen dan sepuluh puisi yang dikumpulkan di dalam buku tidak disusun menurut urutan waktu atau tahun penciptaan," kata Drs I Made Madia M.Hum seorang pembahas buku tersebut di Denpasar, Jumat. Dikatakan, tidak diketahui alasan mengapa kumpulan cerpen dan puisi itu tidak disusun secara kronologis. Ada sepuluh cerpen ditulis antara 1952 dan 1956, satu cerpen ditulis tahun 1956, tiga cerpen antara 1974 dan 1976 serta satu bertahun 1981. "Puisi dalam buku tersebut ada yang ditulis tahun 1957 dan 1959 sebanyak lima, juga ada yang ditulis antara 1960 dan 1967 sebanyak empat buah serta satu puisi ditulis tahun 2005," kata Dosen Fakultas Sastra di Universitas Udayana (Unud) itu. Madia mengatakan, Puisi karya Pendit yang terakhir (2005) itu sedikit unik, ditulis di dalam Bahasa Bali dan setiap bait diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, serta puisi untuk mengenang penyair besar Chairil Anwar yang sepenunya ditulis di dalam Bahasa Inggris. "Hanya kumpulan cerpen yang menjadi fokus pengamatan dalam tinjauan itu, karena bahasa Indonesia yang digunakan di dalam cerpen lebih alamiah sifatnya, dari pada bahasa yang digunakan di dalam kumpulan puisi," ujarnya. Pemakaian bahasa Indonesia kekinian menjadi titik tolak untuk membedah pemakaian bahasa Indonesia (Melayu) intelektual Bali yang dimuat di dalam surat kabar bulanan "Suryakanta dan Bali Adnjana", sebelum kemerdekaan pin dirujuk untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi. "Kalau kita membaca cerpen-cerpen Pendit di dalam kumpulan buku itu, akan mendapat kesan seolah-olah membaca memoar penulisan sendiri, tidak banayak mendapatkan insiden-insiden yang menimbulkan ketegangan atau konflik, seperti lazimnya sebuah cerpen," jelasnya. Lantaran ciri memoar yang ditonjolkan lebih kental dan bahasa Indonesia yang dipakai Pendit pun tampak seperti bahasa formal yang standar pada zamannya dan tidak terasa bagi generasi sekarang, ujarnya. Sementara itu, Wayan Tagel Eddy MS yang juga menjadi pembahas karya Nyoman Pendit menyimpulkan, Pendit seorang sosok intelektual yang multidimensional, dan mengekspresikan pemikiran-pemikirannya secara mendalam mengenai berbagai aspek kehidupan di dunia. "Melalui karya-karyanya tersebut ia mampu membuka cakrawala tertinggi, untuk membuka wawasan dari berbagai sudut pandang," demikian Eddy. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006