Mamuju (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla merasa prihatin melihat kondisi hutan di Propinsi Sulawesi Barat, khususnya di Kabupaten Majene, yang kini tampak gundul. "Dalam perjalanan saat berada di pesawat tadi, saya lihat kondisi gunung-gunung seperti di Majene, hutannya telah gundul," katanya ketika bersilaturahmi dengan pejabat pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan partai politik se-Provinsi Sulbar di Mamuju, Sabtu. Wapres bersama Ny. Mufidah Jusuf Kalla dan rombongannya antara lain Wakil Ketua MPR, Aksa Mahmud, Menteri Hukum dan HAM, Hamid Awaluddin pada hari ini dengan menumpangi empat pesawat helikopter dari Kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan, ke Mamuju untuk melakukan peletakan batu pertama pembangunan kantor Pemprov, DPRD dan rumah jabatan Gubernur Sulbar serta Masjid Raya Mamuju. Wapres sangat prihatin dengan kondisi hutan di Majene yang tandus, dan jika kondisi hutan tersebut tidak segera ditanggulangi, maka daerah itu bisa menjadi padang pasir seperti di Timur Tengah. "Kondisi kerusakan hutan ini akan menjadi tugas berat bagi gubernur baru mendatang. Jangan dulu bangun rumah jabatan gubernur, kalau kondisi daerah itu masih tandus, kasihan rakyat," ujarnya. Wapres memngemukakan dirinya akan minta Menteri Kehutanan agar menanggulangi kerusakan hutan di Provinsi Sulbar, khususnya di Majene, dengan mengembangkan program pembibitan di kawasan hutan tersebut. Dalam perjalanan dari Kota Pare-Pare ke Mamuju, Wapres yang juga didampingi Pangdam VII/Wirabuana, Mayjen TNI Arief Budi Sampurno dan Kapolda Sulsel, Irjen Pol. Aryanto Budihardjo, tampak 'terobati' setelah melihat kondisi hutan di Mamuju yang menurutnya, kondisinya masih baik. "Kondisi hutan di Mamuju masih bagus dan kawasan hutan ini harus dijaga kelestariannya, jangan sampai juga rusak seperti di Majene," ujarnya. Menurut Wapres, di berbagai daerah di Indonesia sering terjadi kekeringan di musim panas dan terjadi banjir di saat musim hujan, karena salah satu pemicunya adalah faktor kerusakan hutan. "Oleh karena itu, salah satu solusinya untuk mengatasi hal itu, maka kita perlu menggalakkan penghijauan kawasan hutan," ujarnya. Khusus pembangunan daerah Sulbar, Wapres minta agar pengelolaan potensi sumber daya alam di provinsi yang berpisah dari Sulawesi Selatan pada tahun 2004 itu, agar dilakukan dengan pola gabungan pemberdayaan investor dalam dan luar Sulbar. "Biasanya gubernur mengandalkan investor luar untuk mengolah potensi sumber daya alamnya, padahal tidak begitu, tetapi kita harus mengandalkan kemampuan daerah. Investor luar itu penting untuk memberi contoh dengan teknologi yang dimilikinya, dan kita juga harus berdayakan investor lokal seperti petani sesuai kemampuannya," ujarnya. Wapres yang pertama kali berkunjung ke Mamuju selama sekitar empat jam itu, setiba di tempat pertemuan disambut dengan tarian adat "Sayo" dari Kabupaten Mamuju dan dimeriahkan tarian adat dan musik tradisional suling bambu dari Kabupaten Mamasa. Pj. Gubernur Sulbar, Drs. Syamsul Arief melaporkan kepada Jusuf Kalla mengenai perkembangan Sulbar selama dua tahun dari terbentuk tahun 2004, baik aspek sosial, ekonomi, politik maupun keamanan, yang secara umum, kondisinya cukup menggembirakan. Syamsul Arief Rivai yang juga Dirjen Bina Bangda Depdagri itu juga memanfaatkan momen itu dengan berharap kepada Wapres dan Ketua MPR Aksa Mahmud, sebagai tradisi bangsa Indonesia asal Sulsel itu memberikan dukungan terhadap percepatan pembangunan Sulbar yang tergolong sebagai salah satu daerah tertinggal di Indonesia. Tampak hadir pada acara silaturahmi dengan Wapres, Ketua DPRD Sulbar, Hamzah Hapati Hasan, para bupati se-Sulbar. Selain itu, hadir pula calon gubernur Sulbar terpilih periode 2006-2011 yang ditetapkan KPUD Sulbar, Drs. Adnan Anwar Saleh. Pada hari ini menurut rencana Wakil Presiden bersama rombongan melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Tanah Toraja, Sulsel, untuk menghadiri puncak peringatan Festival Toraja Mamali di Makale, Kabupaten Tanah Toraja, Sulsel. (*)

Copyright © ANTARA 2006