Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Sri Lanka tidak mencurigai Indonesia terlibat dalam pengadaan senjata bagi kelompok pemberontak di Sri Lanka, Macan Tamil, kendati baru-baru ini Amerika Serikat menangkap empat warga negara Indonesia dengan tuduhan berkomplot mengirim senjata kepada pemberontak Macan Tamil. Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda ketika memaparkan hasil pertemuan PM Sri Lanka Ratnasiri Wickremanayake dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis, mengatakan, masalah perdagangan senjata menyangkut Macan Tamil, sempat dibahas kendati tidak secara khusus. "Sama sekali mereka tidak mensinyalir Indonesia menyediakan senjata unuk Macan Tamil," kata Hassan. Pihak berwenang AS pada akhir September 2006 lalu mengumumkan bahwa mereka telah menangkap enam orang Asia, empat di antaranya warga Indonesia, yang berkomplot mengirim senjata, seperti senapan mesin dan senapan penembak jitu ke pemberontak Macan Tamil di Sri Lanka, serta pembeli yang namanya tak jelas di Indonesia. Enam orang yang ditangkap di Guam itu diduga menjadi perantara antara pabrik senjata dengan Macan Tamil, kelompok pemberontak bersenjata di Sri Lanka yang oleh Pemerintah AS dinyatakan sebagai kelompok teroris. Keempat WNI yang ditangkap itu adalah Erick Wotulo (60), H. Subandi (69), Reinhard Rusli (34) dan Helmi Soedirdja. Dalam pertemuannya dengan Presiden Yudhoyono, kata Menlu, PM Wickremanayake mengakui dengan makin sulitnya Macan Tamil mendapatkan dukungan dari pihak-pihak di Eropa dan belahan dunia lainnya, maka kelompok pemberontak Sri Lanka itu terus berupaya mencari alternatif dukungan senjata dari kawasan lainnya. Presiden Yudhoyono sendiri mengingatkan bahwa Indonesia pernah mengalami masalah separatisme sehingga menekankan kepada PM Sri Lanka bahwa RI dengan setulus hati akan berusaha membantu negara tersebut mengatasi masalah yang sama, ujar Hassan. Sejalan dengan itu, Yudhoyono membagikan `ilmu` kepada PM Sri Lanka bahwa hal penting yang harus diupayakan dalam proses perundingan damai adalah bahwa kesepakatan tentang status otonomi khusus sebaiknya dapat dicapai lebih awal guna memperlancar perundingan. Pihak pemerintah Sri Lanka dan pemberontak Macan Tamil akan bertemu di Jenewa, Swiss, pada 28-29 Oktober guna mencoba mengakhiri konflik berkepanjangan yang telah menewaskan lebih dari 1.000 orang sejak Juli lalu.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006