Bandung (ANTARA News) - Antrian kendaraan mudik Lebaran 1427 Hijriah terjadi di jalur Cileunyi - Nagreg - Limbangan sepanjang lebih dari 20 kilometer sejak Sabtu (21/10) subuh hingga petang pukul 18.00 WIB. Kepadatan di jalur Nagreg meningkat dua kali lipat dibanding pada H-4 (Jumat, 20/10). Kemacetan lalu lintas di jalur selatan Jawa Barat itu terjadi menyusul adanya limpahan arus mudik dari Cikopo yang diarahkan ke jalur tersebut untuk meminimalisasi arus di jalur Pantura. "Hampir sepanjang hari ini antrian kendaraan terjadi di kawasan Nagreg. Kendaraan roda empat maupun roda dua mendominasi ke arah timur, dan sebaliknya arus ke arah barat atau ke Bandung juga cukup padat," kata Kabag Ops Polwil Priangan, AKBP Drs Dadang Suhendar kepada pers di Nagreg. Hingga Sabtu petang, iring-iringan arus kendaraan pribadi dari Jabotabek maupun dari Bandung terus mengalir tiada henti dan memaksa petugas kepolisian terus berdiri di pinggir jalan untuk melakukan pengamanan jalur. Berdasarkan data Posko Pantau Dishub Kabupaten Bandung, jumlah kendaraan yang melintas di Nagreg jauh lebih banyak ketimbang sehari sebelumnya. "Jum`at kemarin jumlah kendaraan yang melintas sekitar 33.000 kendaraan, dan Sabtu ini diprediksi lebih banyak lagi, rata-rata per jam sebanyak 1.353 unit kendaraan," kata Bambang Budirahardjo, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung. Bahkan ia memprediksi H-3 ini berpeluang menjadi puncak arus mudik Lebaran, meski masih harus menunggu jumlah kendaraan pada hari Minggu (22/10). Menurut Arifin (29), seorang awak mikrobus jurusan Bandung - Tasikmalaya, waktu tempuh dari pertigaan Cicalengka (Parakanmucang) hingga ke Nagreg harus dicapai lebih dari dua jam. Kendaraan yang diawakinya terpaksa harus merayap di sepanjang jalur Rancaekek - Nagreg sejauh kurang lebih 15 kilometer. Padahal biasanya jarak itu ditempuh hanya dalam waktu 10 menit saja. "Mau bagaimana lagi, kami terpaksa merayap di jalur macet ini, bergeraknya perlahan dan membuat mesin panas, sedangkan bahan bakar terus mengalir," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006