Tahun ini Pilpres dilakukan di bulan Ramadhan. Dengan Ramadhan dan Idul Fitri, maka sudah seharusnya saling bersilaturahmi. Tidak perlu pihak ketiga atau mediator antara Jokowi dan Prabowo. Tinggal telepon-teleponan, janjian ketemu di mana, selesai."
Jakarta (ANTARA News) - Tensi politik yang terus meninggi selama beberapa bulan terakhir terkait Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilihan Umum Presiden 2014, seharusnya mencair ketika masyarakat Indonesia menyambut hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1435 Hijriah.

Masyarakat, dengan tingkat pluralis yang tinggi, menikmati penerimaan dan kebahagiaan antarmanusia, -yang seharusnya- tanpa memandang kelas sosial, pendapat, dan juga ambisi kehidupan masing-masing individu.

Meskipun dalam politik, kekuasaan dinilai tak pernah lepas dalam alur pembicaraan, dan kekuasaan juga tak pernah luntur dari benak para politisi.

Momentum Idul Fitri 1435 H yang datang di tengah panasnya gejolak politik Pilpres, menimbulkan warna tersendiri bagi aktor politik, sekaligus masyarakat penikmat tontonan panggung politik itu.

"Gue mau liburan dulu ah, lumayan punya waktu lima hari, kemarin-kemarin mumet ngurusin politik mulu," kata Ketua DPP PDI Perjuangan Maruarar Sirait saat berbincang dengan Antara.

Ara, saapan akrabnya, memang menjadi "tulang punggung" Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla saat tahapan Pemilu 2014.

Selama masa Pilpres, Ara adalah salah satu kader yang bertanggung jawab terhadap substansi debat Jokowi-Kalla dan juga menyiapkan pertanyaan jitu untuk menekan elektabilitas kompetitor Jokowi-Kalla, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Dia juga berjibaku saat Pemilihan Legislatif 2014, untuk bertarung menjadi anggota DPR di daerah pemilihan (dapil) Jawa Barat IX yaitu Subang, Majalengka dan Sumedang.

"Lumayan, sama keluarga mau ke Sydney, Australia," ujarnya sambil tersenyum lebar.

Di kubu Prabowo-Hatta, Ketua DPP PAN Bima Arya, menyebut kehadiran Idul Fitri 1 Syawal 1435 H merupakan momentum menyempurnakan ibadah setelah sebulan penuh melatih diri menjaga lisan, pikiran dan hati.

"Selama satu bulan kita dilatih mengendalikan diri, selepas Ramadhan kita harus kuat menghadapi godaan, tantangan ke depan sangat berat, mari kita bekali diri dengan keimanan agar menjadi pribadi yang lebih baik," katanya.

Menurut dia, modal kebersamaan ke depan harus dijaga. Kebersamaaan itu seperti yang dicontohkan masyarakat terbaik yang dibangun oleh Rasulullah SAW, dan para sahabat yakni masyarakat madani yang ada di Kota Madinah.

"Modal kebersamaan harus ditempatkan di atas segala-galanya, menempatkan bersama di atas kepentingan individu. Kedepan tidak ada lagi perbedaan. Ada saatnya bertanding, bersanding dan berkompetisi. Masyarakat Kota Bogor bersanding membangun ini lebih baik," ujarnya.

Bima, yang juga Wali Kota Bogor meminta maaf kepada warga Bogor jika terjadi kekhilafan dalam kepemimpinannya dan pelayanan pemerintah kota yang belum maksimal.

"Minta maaf Pasar Anyar masih macet, tawuran masih, minta maaf sebagai pelayan Kota Bogor jika belum maksimal melayani," ucapnya.


Enggan Bicara Politik

Momentum lebaran yang datang setahun sekali, sepertinya ingin dimanfaatkan para aktor politik untuk menjernihkan pikiran dan melepas penat yang datang selama Pemilu berlangsung. Setidaknya, hal itu yang diakui oleh sejumlah politisi terkemuka saat bersilaturahim di hari pertama Idul Fitri 1435 Hjriah, Senin kemarin.

Di kediaman yang cukup asri milik Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, di Menteng, Jakarta Pusat, ratusan politisi, juga pejabat dan mantan pejabat pemerintahan, berbagi tawa dan canda sambil menikmati hidangan spesial Idul Fitri.

Sekretaris Jenderal DPP PDIP Tjahjo Kumolo mengaku tidak ada perbincangan politik dalam silaturahim yang dihadiri para ketua umum partai politik dari koalisi pengusung capres-cawapres Jokowi-Hatta itu.

Ketua Umum (Ketum) DPP Nasdem Surya Paloh, Ketum DPP Hanura Wiranto, Ketum DPP PKPI Sutiyoso, Ketum DPP PKB Muhaimin Iskandar juga mengatakan hal serupa.

"Tidak ada tuh yang namanya perbincangan politik, semua hanya silaturahim, ini kan tidak dipersiapakan," ujar Tjahjo.

Sutiyoso mengatakan, dirinya sangat menikmati suasana Idul Fitri di kediaman Megawati. Dia juga menampik ada perbincangan lebih lanjut mengenai posisi menteri dalam kabinet yang akan disusun Jokowi.

"Belum ada perbincangan kabinet. Ya kita lihat nanti saja," kata dia.

Muhaimin mengatakan, acara kumpul-kumpul di rumah Megawati lebih banyak "makan-makan" menikmati hidangan khas Idul Fitri.

"Tidak ada bicara politik loh ya, hanya makan-makan," ujar dia.

Sementara Jokowi dan JK, setelah menghabiskan hari pertama Lebaran di Jakarta, pada hari kedua Lebaran yakni Selasa hari ini, bertolak ke kampung halaman mereka masing-masing di Solo, Jawa Tengah dan Makassar, Sulawesi Selatan.

Ketika dikerumuni wartawan setelah bersilaturahim dengan Megawati, Muhaimin Iskandar bahkan mengajak Prabowo-Hatta untuk bergabung dengan koalisi partainya. Padahal, seperti diketahui, Prabowo-Hatta bersikukuh menarik diri dari rekapitulasi suara KPU di Pilpres 2014, dan menguggat proses penghitungan suara KPU yang memenangkan Jokowi-JK ke Mahkamah Konstitusi.

Menurut dia, ajakan itu semata-mata untuk membentuk koalisi yang solid di pemerintahan dan Dewan Perwakilan Rakyat. Dengan begitu, program pembangunan dapat lebih komprehensif dan terjadi penguatan sistem presidensial.

"Kita inginnya satu partai lagi gabung, Prabowo kita harap bisa ikut gabung," kata dia.


Prabowo dan Jokowi Harus Bersilaturahim

Kalangan politisi juga mendorong momentum Idul Fitri sebaiknya segera menjadi ajang silaturahim antara Joko Widodo-M. Jusuf Kalla (Jokowi-JK) dengan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

"Saya mendorong mereka ketemu dan bersilaturahmi sehingga di bawah pun ikut. Apakah Jokowi mulai atau gimana? Siapa saja boleh memulai," kata Ketua Fraksi Partai Demokrat MPR RI Mohammad Jafar Hafsah seperti dilaporkan pewarta portal berita www.antaranews.com.

"Tahun ini Pilpres dilakukan di bulan Ramadhan. Dengan Ramadhan dan Idul Fitri, maka sudah seharusnya saling bersilaturahmi. Tidak perlu pihak ketiga atau mediator antara Jokowi dan Prabowo. Tinggal telepon-teleponan, janjian ketemu di mana, selesai," ucap Jafar.

Sayangnya, baik kubu Jokowi dan Prabowo, belum mengungkapkan untuk berinisiatif melakukan silaturahim antara satu sama lain.

Tjahjo Kumolo mengatakan Megawati membuka pintu jika kubu Prabowo-Hatta mau berinisiatif melakukan silaturahim. Namun, menurut Tjahjo, dari PDIP belum ada niat untuk melakukan silaturahim terlebih dahulu terhadap kubu Prabowo-Hatta.

"Dimana-mana yang muda dulu dong menghampiri yang sudah senior, bukan sebaliknya," kata Tjahjo. (I029/Z002)

Oleh Indra Arief Pribadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014