Semarang (ANTARA News) - Sejumlah pejabat di kalangan Istana Kepresidenan belum mau menanggapi kegagalan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meraih hadiah nobel perdamaian yang jatuh ke tangan Grameen Bank Bangladesh dan pendirinya Muhammad Yunus. Dua juru bicara presiden Dino Patti Djalal dan Andi Malarangeng menolak berkomentar mengenai hal ini ketika ditemui wartawan usai pengumuman pemenang nobel yang disiarkan langsung sebuah televisi asing di Hotel Grand Candi Semarang Jumat sore, tempat Presiden Yudhoyono menginap selama kunjungannya ke Demak dan Jepara. Puluhan wartawan dari media nasional dan asing memang sengaja datang ke hotel tersebut untuk menunggu komentar dari Presiden Yudhoyono yang memang dicalonkan menjadi kandidat pemenang nobel perdamaian tahun 2006. Sebelum pengumuman, Andi mengatakan bahwa Hadiah Nobel adalah penghargaan dan bukan kompetisi, Andi menuturkan bahwa Presiden Yudhoyono bersikap sama dalam menghadapi kemungkinan mendapat atau tidak mendapatkan Nobel. "Diberikan penghargaan ya Alhamdulillah, itu merupakan penghargaan bagi bangsa Indonesia. Kalau tidak dapat penghargaan, juga tidak ada masalah," kata Andi. "Bagi Presiden SBY, hadiah yang paling utama adalah perdamaian di Aceh itu sendiri," tambahnya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri dicalonkan sebagai penerima hadiah Nobel Perdamaian oleh anggota Kongres AS asal Florida, Robert Wexler, yang juga anggota senior Komite Hubungan Internasional merangkap ketua bersama Kaukus Indonesia di Kongres. Para calon penerima nobel lainnya, antara lain, adalah Martti Ahtisaari (mantan presiden Finlandia), penyanyi dari kelompok U2, Bono, serta Kadir (minoritas Turki di Cina). Presiden Yudhoyono dan Martti Ahtisaari disebut-sebut sebagai kandidat terkuat penerima Nobel Perdamaian karena alasan yang sama, yaitu mewujudkan perdamaian di Aceh. Grameen Bank dan Muhammad Yunus dinilai layak menjadi pemenang nobel perdamaian 2006 karena dukungannya kepada rakyat miskin dengan memberikan pinjaman lunak dengan tujuan pembangunan ekonomi untuk perdamaian.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006