Jakarta (ANTARA News) - Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan PT Pertamina (Persero) bisa mengambil alih kepemilikan Blok Natuna D-Alpha yang sebelumnya dikelola ExxonMobil. "Sesuai aturannya, maka kesempatan pertama pengambilalihan diberikan kepada Pertamina sebagai mitra Exxon," di Jakarta, Rabu. Menurut dia, kemungkinan Pertamina mengambil alih sedang dibahas Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas). Dirut Pertamina, Ari Hernanto Sumarno, menjelaskan pihaknya memang berniat mengelola blok tersebut. "Kami ingin Pertamina tidak dikeluarkan dari blok itu, namun sebaliknya didukung mengelolanya, supaya 66 juta dolar AS yang telah dikeluarkan bisa kembali lagi," ujarnya. Exxon sendiri diperkirakan telah mengeluarkan dana sekitar 250 juta dolar AS. Biaya-biaya yang disebut "sunk cost" itu tidak bisa diganti, karena blok belum berproduksi. Sementara, biaya yang bisa diganti dari hasil migas disebut "cost recovery." Purnomo mengatakan kontrak ExxonMobil di Natuna D-Alpha telah berakhir sejak 2005. "Kami beri batas waktu hingga 8 Januari 2007 untuk memperpanjang kontrak, namun tidak diambil Exxon," katanya. Mengenai klaim ExxonMobil bahwa kontrak baru selesai 2009, Purnomo menjelaskan "Exxon menyatakan hanya dengan menyampaikan surat sudah cukup, namun BP Migas menganggap tidak cukup, harus ada komitmen pengembangan sekaligus penjualannya." Purnomo mengatakan sikap pemerintah tersebut juga sudah disampaikan Wapres Jusuf Kalla saat bertemu petinggi ExxonMobil dalam kunjungannya ke AS beberapa waktu lalu. Sementara, Kepala BP Migas, Kardaya Warnika, mengatakan ExxonMobil bisa saja kembali mengelola Blok Natuna D-Alpha, namun harus dengan kontrak baru baik besaran kepemilikan maupun bagi hasilnya. Kontrak bagi hasil blok tersebut ditentang berbagai kalangan, karena pemerintah hanya mendapat bagian nol persen, sedang Exxon 100 persen. Menurut Kardaya, berdasarkan perkiraan, cadangan gas di blok itu memang cukup besar, yakni mencapai 72 triliun kaki kubik. (*)

Copyright © ANTARA 2006